EJAAN YANG DISEMPURNAKAN
BAB I
PEMAKAIAN HURUF
A.
Huruf
Abjad
Abjad yang
digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama
tiap huruf disertakan di sebelahnya.
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
A a
B b
C c
D d
E e
F f
G g
H h
I i
|
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
|
J j
K k
L l
M m
N n
O o
P p
Q q
R r
|
Je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
|
S s
T t
U u
V v
W w
X x
Y y
Z z
|
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
|
B.
Huruf
Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a,
e, i, o,dan u.
Huruf
Vokal
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
a
e*
i
o
u
|
api
enak
emas
itu
oleh
ulang
|
padi
petak
kena
simpan
kota
bumi
|
lusa
sore
tipe
murni
radio
ibu
|
* Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan
kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak
bermain di teras (téras).
Upacara itu
dihadiri pejabat teras pemerintah.
Kami menonoton
film seri (séri).
Pertandingan
iru berakhir seri.
C.
Huruf
Konsonan
Huruf yang
melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c,
d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf
Konsonan
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
b
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q**
r
s
t
v
w
x**
y
z
|
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
-
lekas
maka
nama
pasang
quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xenon
yakin
zeni
|
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
rakyat*
alas
kami
anak
apa
furqan
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
|
adab
-
abad
maaf
gudeg
tuah
mikraj
politik
bapak*
kesal
diam
daun
siap
-
putar
lemas
rapat
-
-
-
-
juz
|
* Huruf k di sini
melambangkan bunyi hamzah.
** Khusus untuk nama dan
keperluan ilmu.
D.
Huruf
diftong
Di dalam bahasa
Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf
Diftong
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
ai
au
io
|
ain
aula
-
|
syaitan
saudara
boikot
|
pandai
harimau
amboi
|
E.
Gabungan
Huruf Konsonan
Di dalam bahasa
Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu
kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.
Gabungan Huruf
Konsonan
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
kh
ng
ny
sy
|
khusus
ngilu
nyata
syarat
|
akhir
bangun
hanyut
isyarat
|
tarikh
senang
-
-
|
F.
Pemenggalan
Kata
1.
Pemenggalan
kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a.
Jika
di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara
kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
au-la bukan a-u-la
sau-dara bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-bo-i
b.
Jika
di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara
dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
c.
Jika
di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara kedua huruf konsonan itu. gabungan huruf konsonan tidak pernah
diceraikan.
Misalnya:
man-di, som-bong, swas-ta, ca-plok Ap-ril, bang-sa, makh-luk
d.
Jika
di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan
di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok ikh-las
2.
Imbuhan
akhiran dan imbuhan aalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk
serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal
pada pergantian baris.
Misalnya:
makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
Catatan:
a.
Bentuk
dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
b.
Akhiran
-i tidak dipenggal. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal
E, Ayat 1.)
c.
Pada
kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.
Misalnya:
te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi
3.
Jika
suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara
unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b,
1c dan 1d di atas.
Misalnya:
Bio-grafi,
bi-o-gra-fi Foto-grafi,
fo-to-gra-fi
Intro-speksi,
in-tro-spek-si Kilo-gram,
ki-lo-gram
Pasca-panen,
pas-ca-pa-nen
Keterangan:
Nama
orang, badan hukum, dan nama dari yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.
BAB II
PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF
MIRING
A.
Huruf
Kapital atau Huruf Besar
1.
Huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja
keras.
Pekerjaan itu
belum selesai.
2.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik
bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak
menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
“Kemarin
engkau terlambat,” katanya.
“Besok
pagi,” kata ibu, “dia akan berangkat”.
3.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang
Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran,
Weda, Islam.
Tuhan akan
menunjukkan jalan kepada hamba-Nya
Bimbinglah
hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin,
Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim,
Imam Syafii,
Nabi Ibrahim.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertetu, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Dia
baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun
ini dia pergi naik haji.
5.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden
Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Laksamana
Muda Udara Husein Sastranegara, Sekretaris Jenderal
Departemen Pertanian, Gubernur Irian Jaya.
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah
gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin
Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
6.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah,
Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman,
Halim Perdanakusumah.
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama
jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
Mesin
diesel, 10 volt, 5 ampere
7.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
Bangsa
Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai
sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
Mengindonesiakan
kata asing
Keinggris-inggrisan
8.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,, dan peristiwa
sejarah.
Misalnya:
tahun
Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid,
hari Jumat, hari Lebaran, Perang Candu, Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai
sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno
dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan
senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.
9.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara,
Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba,
Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab,
Kali Brantas, Ngarai Sianok, Pegunungan Jayawijaya,
Selat Lombok, Teluk Benggala, Terusan Suez.
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi
unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar
ke teluk, mandi di kali, menyeberabangi selat,
pergi
ke arah tenggara
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan
sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam
inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon
10.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia;
Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak;
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor
57, Tahun 1972.
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Menjadi
sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah
dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan
Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar Repulik
Indonesia
12.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali kata
seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi
awal.
Misalnya:
Saya
telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah
majalah Bahasa dan Sastra.
Dia
adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia
menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.
13.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. doctor
M.A. master of arts
S.E. sarjana ekonomi
S.H.
sarjana hukum
S.S.
sarjana sastra
Prof. professor
Tn. Tuan
Ny. Nyonya
Sdr.
saudara
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan
paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
“Kapan
Bapak Berangkat?” tanya Harto.
Adik bertanya,
“Itu apa, Bu?”
Surat Saudara
sudah saya terima.
“Silakan
duduk, Dik!” kata Ucok.
Mereka
pergi ke rumah Pak Camat.
Para
ibu mengunjungi Ibu Hasan.
Huruf
capital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang
tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita
semua harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua
kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
15.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah
Anda tahu?
Surat
Anda telah kami terima.
B.
Huruf
Miring
1.
Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah
Bahasa dan Sastra, buku Negarakertagama karangan Prapanca, surat kabar
Suara Rakyat.
2.
Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf
pertama kata abad adalah a.
Dia
buka menipu, tetapi ditipu.
Bab
ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah
kalimat dengan berlepas tangan.
3.
Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali
yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama
ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.
Politik
devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung antara
lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’
Tetapi:
Negara
itu telah mengalami empat kali kudeta.
BAB III
PENULISAN KATA
A.
Kata
Dasar
Kata yang
berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu
percaya bahwa engkau tahu.
Kantor
pajak penuh sesak.
Buku
itu sangat tebal.
A.
Kata
Turunan
1.
Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergetar, dikelola,
penetapan, menengok, mempermainkan.
2.
Jika
bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang
tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
bertepuk tangan,
garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.
3.
Jika
bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulus serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda
hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
menggarisbawahi,
menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan
4.
Jika
salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta,
audiogram, awahama, bikarbonat, biokimia, caturtunggal,
dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna, ekawarna,
ekstrakurikuler, elektroteknik, infrastruktur, inkonvensional,
introspeksi, kolonialisme, kosponsor, mahasiswa,
mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolaborasi, Pancasila,
panteisme, paripurna, poligami, pramuniaga, purnawirawan,
reinkarnasi, saptakrida, semiprofessional, subseksi,
swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal, ultramodern
catatan:
1)
Jika
bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara
kedua unsur itu harus dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia, pan-Afrikanisme
2)
Jika
kata maha sebagai unsur gabungan diikuti kata esa dan kata yang bukan kata dasar,
gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan
Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah
kita beersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
B.
Kata
Ulang
Bentuk ulang
ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati,
undang-undang, biri-biri, kupukupu, sia-sia, gerak-gerik hura-hura, lauk-pauk,
mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda,
tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis,
terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra
C.
Gabungan
Kata
1.
Gabungan
kata yang lazim disebuta kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsurunsurnya ditulis
terpisah.
Misalnya:
duta
besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis,
model linier, orang tua, rumah sakit umum, simpang empat.
2.
Gabungan
kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
Alat
pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung
tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda.
3.
Gabungan
kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
Adakalanya,
akhirulkalam, Alhamdulillah, astaghfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana,
bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmawisata,
dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, karatabaasa,
kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra,
peribahasa, puspawarna, radioaktif, saptamarga, saputangan, saripati, sebagaimana,
sediakala, segitiga, sekalipun, silaturrahmin, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar,
titimangsa, wasalam
E.
Kata
Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya
Kata ganti ku
dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-, -mu, dan nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa
yang kumiliki boleh kaumabil.
Bukuku,
bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
F.
Kata
Depan di, ke, dan dari
Kata depan di,
ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan
kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. (Lihat
juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)
Misalnya:
Kain
itu terletak di dalam lemari.
Bermalam
sajalah di sini.
Di mana Siti
sekarang?
Mereka
ada di rumah.
Ia
ikut terjun di tengah kancah perjuangan.
Ke mana saja ia
selama ini?
Kita
perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari
kita berangkat ke pasar.
Saya
pergi ke sana-sini mencarinya.
Ia
datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata
yang dicetak miring di bawah ini dtulis serangkai.
Si
Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Kami
percaya sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja
persoalan yang tidak penting itu.
Ia
masuk, lalu keluar lagi.
Surat
perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Bawa
kemari gambar itu.
Kemarikan buku
itu.
Semua
orang terkemuka di desa hadir dalam kenduri itu.
G.
Kata
Si dan Sang
Kata si dan
sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau
itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat
itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
H.
Partikel
1.
Partikel
-lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah
buku itu baik-baik.
Apakah
yang tersirat dalam dalam surat itu?
Jakarta
adalah ibukota Republik Indonesia.
Siapakah
gerangan dia?
Apatah
gunanya bersedih hati?
2.
Partikel
pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun
yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak
pulang pun sudah tak ada kendaraan.
Jangankan
dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika
ayah pergi, adik pun ingin pergi.
Catatan:
Kelompok
yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun,
biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun,
walaupun ditulis serangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya
belum diketahui.
Bagaimanapun juga
akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Baik
mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum
memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
Walaupun miskin,
ia selalu gembira.
3.
Partikel
per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai
negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka
masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga
kain itu Rp 2.000,00 per helai.
I.
Singkatan
dan Akronim
1.
Singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.
Singkatan
nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
A.S Kramawijaya
Muh. Yamin
Suman
Hs.
Sukanto
S.A.
M.B.A master of business administration
M.Sc. master of science
S.E. sarjana ekonomi
S.Kar. sarjana
karawitan
S.K.M sarjana
kesehatan masyarakat
Bpk. Bapak
Sdr. saudara
Kol. kolonel
b.
Singkatan
nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf
kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI
Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN
Garis-Garis Besar Haluan Negara
SMTP
sekolah menengah tingkat pertama
PT perseroan
terbatas
KTP kartu tanda penduduk
c.
Singkatan
umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll.
dan
lain-lain
dsb.
dan
sebagainya
dst.
dan
seterusnya
hlm.
halaman
sda.
sama
dengan atas
Yth.
(Sdr. Moh. Hasan) Yang terhormat
(Sdr. Moh. Hasan)
Tetapi:
a.n.
atas nama
d.a.
dengan alamat
u.b.
untuk beliau
u.p.
untuk perhatian
d.
Lambang
kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
TNT trinitrotulen
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp
(5.000,00) (lima ribu) rupiah
2.
Akronim
kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.
a.
Akronim
nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis selurhnya dengan
huruf kapital.
Misalnya:
ABRI
Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI
Persatuan Atletik Seluruh
Indonesia
IKIP
Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
SIM surat izin mengemudi
b.
Akronim
nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kaptal.
Misalnya:
Akabri
Akademi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas
Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional
Iwapi
Ikatan Wanita
Pengusaha Indonesia
Kowani
Kongres Wanita Indonesia
Sespa
Sekolah Staf
Pimpinan Administrasi
c.
Akronim
yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu
pemilihan umum
radar
radio detecting and ranging
rapim
rapat pimpinan
rudal
peluru kendali
tilang
bukti pelanggaran
Catatan:
jika
dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada
kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi
vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
J.
Angka
dan Lambang
1.
Angka
dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan
angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X,
L (50), C (100), D (500), M
(1000), V (5.000), M (1.000.000)
Pemakaiannya
diatur leih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
2.
Angka
digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjagng, berat, luas, dan isi, (ii)
satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:
0,5
sentimeter 1 jam 20 menit
5
kilogram pukul 15.00
4
meter persegi tahun 1928
10
liter 17 Agustus 1945
Rp5.000,00
50 dolar Amerika
US$3.50*
10 paun Inggris
$5.10*
100 yen
Y100
10 persen
2.000
rupiah 27 orang
* Tanda titik
di sini merupakan tanda decimal.
3.
Angka
lazim dipakai untuk melambangka nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat.
Misalnya:
Jalan
Tanah Abang I No. 15
Hotel
Indonesia, Kamar 169
4.
Angka
digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab
X, Pasal 5, halaman 252
Surah
Yasin: 9
5.
Penulisan
lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a.
Bilangan
utuh
Misalnya:
Dua
puluh dua 22
Dua
ratus dua puluh dua 222
b.
Bilangan
pecahan
Misalnya:
Setengah
½
Tiga
perempat ¾
Seperenam
belas 1/16
Tiga
dua pertiga 3 2/3
Seperseratus
1/100
Satu
persen 1
%
Satu
permil 1‰
Satu
dua persepuluh 1,2
6.
Penulisan
lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
Paku
Buwono X; pada awal abad XX; dalamkehidupan abad ke-20 ini;
lihan Bab II; Pasal 5; dalam bab ke-2 buku itu; di daerah
tingkat II itu; di tingkat kedua gedung itu; di tingkat ke-2 itu;
kantor di tingkat II itu.
7.
Penulisan
lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut. (Lihat
juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
tahun
’50-an atau tahun lima puluhan
uang
5000-an atau uang lima ribuan
lima
uang 1.000-an atau lima uang seribuan
8.
Lambang
bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali
jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir
menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah
memesan tiga ratus ekor ayam.
Di
antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang
tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.
Kendaraan
yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak,
100 bemo.
9.
Lambang
bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah
sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat
pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang
tewas dalam kecelakaan itu.
Pak
Darmo mengundang 250 orang tamu
Bukan:
15 orang tews
dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang
tamu diundang Pak Darmo.
10.
Angka
yang menunjukkan bilangan utuh secara besar dapat dieja
Misalnya:
Perusahaan
itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk
Indonesia berjumlah lebih dari 200 juta orang.
11.
Bilangan
tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali di dalam
dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor
kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Di
lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor
kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pgawai.
Di
lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12.
Jika
bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya
lamirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus Sembilanpuluh
Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Bukan:
Saya
lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan
dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
BAB IV
PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam
perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab,
Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsure
pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama,
unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,
seperti reshuffle, shuttle cock, l’axplanation de l’homme. Unsur-unsur
yang dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih
mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar
ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan
yang berlaku bagi unsure serapan itu sebagai berikut.
aa (Belanda)
menjadi a
paal
pal
baal
bal
actaaf
oktaf
ae tetap ae jika
tidak bervariasi dengan e
aerob aerob
aerodimanics aerodonamika
ae, jika
bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin
hemoglobin
haematite
hematit
ai tetap ai
trailer
trailer
caisson
kaison
au tetap au
audiogram audiogram
autrotoph autrotof
tautomer
tautomer
hydraulic
hidraulik
caustic
kaustik
c di muka a,
u, o dan konsonan mejadi k
calomel kalomel
construction konstruksi
cubic kubik
coup kup
classification klasifikasi
crystal kristal
c di muka e,
i, oe, dan y menjadi s
central sentral
cent sen
cybernetics sibernetika
circulation sirkulasi
cylinder silinder
ceolom selom
cc di muka o, u
dan konsonan menjadi k
accomodation
akomodasi
acculturation
akulturasi
acclimatization
aklimatisasi
accumulation
akumulasi
acclamation
aklamasi
cc di muka e dan
i menjadi ks
accent
aksen
accessory
aksesori
vaccine
vaksin
cch dan ch di
muka a, o dan konsonan menjadi k
saccharin
sakarin
charisma karisma
cholera kolera
chromosome kromosom
technique
teknik
ch yang lafalnya s
atau sy menjadi s
echelon
eselon
machine
mesin
ch yang lafalnya c
menjadi c
check cek
China Cina
ç (Sanskerta)
menjadi s
çabda sabda
çastra sastra
e tetap e
effect
efek
description
deskripsi
synthesis
sintesis
ea tetap ea
idealist
idealis
habeas
baheas
ee (Belanda)
menjadi e
stratosfeer
stratosfer
systeem
sistem
ei tetap ei
eicosane eikosan
eidetic eidetik
einsteinium einsteinium
eo tetap eo
stereo
stereo
geometry
geometri
zeolite
zeolit
eu tetap eu
neutron
neutron
eugenol eugenol
europium europium
f tetap f
fanatic fanatik
factor factor
fossil fosil
gh menjadi g
sorghum
sorgum
gue menjadi ge
igue
ige
gigue
gige
i pada awal suku
kata di muka vokal tetap i
iambus iambus
ion ion
iota iota
ie (Belanda)
menjadi i jika lafalnya i
politiek
politik
riem
rim
ie tetap ie jika
lafalnya bukan i
variety
varietas
patient
pasien
afficient
efisien
kh (Arab) tetap kh
khusus khusus
akhir
akhir
ng tetap ng
contingent
kontingen
congres
kongres
linguistics
linguistik
oe (oi Yunani)
menjadi e
oestrogen estrogen
oenology enology
foetus
fetus
oo (Belanda)
menjadi o
komfoor
kompor
provoost
provos
oo (Inggris)
menjadi u
cartoon
kartun
proof
pruf
pool
pul
oo (vokal ganda)
tetap oo
zoology
zoology
coordination
koordinasi
ou menjadi u jika
lafalnya u
gouverneur
gubernur
coupon
kupon
contour
kontur
ph menjadi f
phase fase
physiology fisiologi
spectograph spektograf
ps tetap ps
pseudo pseudo
psychiatry psikiatri
psychic psikis
psychosomatic psikosomatik
pt tetap pt
pterosaur pterosaur
pteridology pteridologi
ptyalin ptyalin
q menjadi k
aquarium
akuarium
frequency
frekuensi
equator
ekator
rh menjadi r
rhapsody rapsodi
rhombus rombus
rhythm ritme
rhetoric retorika
sc di muka a,
o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium skandium
scoptopia skoptopia
scutella skutela
sclerosis sklerosis
scriptie skripsi
sc di muka e,
i, dan y menjadi s
scenography senografi
scintillation sintilasi
scyphistoma sifistoma
sch di muka vokal
menjadi sk
schema skema
schizophrenia skizofrenia
scholasticism skolastisisme
t di muka i menjadi
s jika lafalnya s
ratio
rasio
actie
aksi
patient
pasien
th menjadi t
theocracy teokrasi
orthography
ortografi
thiopental tiopental
thrombosis trombosis
methode
(Belanda) metode
u tetap u
unit unit
nucleolus
nucleolus
structure
struktur
institute
institute
ua tetap ua
dualism
dualism
aquarium
akuarium
ue tetap ue
suede
sued
duet
duet
ui tetap ui
equinox
ekuinoks
conduite
konduite
uo tetap uo
fluorescein
fluoresein
quorum
kuorum
quota
kuota
uu menjadi u
prematuur
prematur
vacuum
vakum
v tetap v
vitamin vitamin
television
televisi
cavalery
kavaleri
x pada awal kata
tetap x
xanthate xantat
xenon xenon
xylophone xilofon
xc di muka e dan
i menjadi ks
exception
eksepsi
excess
ekses
excision
eksisi
excitation
eksitasi
xc di muka a,
o, u, dan konsonan menjadi ksk
excavation
ekskavasi
excommunication
ekskomunikasi
excursive
ekskursif
exclusive
eksklusif
y tetap y jika
lafalnya y
yakitori yakitori
yangonin yangonin
yen yen
yuan yuan
y manjadi y jika
lafalnya i
yttrium itrium
dynamo
dinamo
propyl
propil
psyschology
psikologi
z tetap z
zenith zenith
zirconium zirkonium
zodiac zodiak
zygote zigot
konsonan ganda
menjadi tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya:
gabbro
gabro commission komisi
accu
aki ferrum ferum
effect
efek salfeggio salfegio
Tetapi:
mass
massa
Catatan:
1.
Unsur
pungutan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak
perlu lagi diubah.
Misalnya:
Kabar, sirsak, iklan, erlu, bengkel, hadir
2.
Sekalipun
dalam ejaan yang dismpurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa
Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah
yang terurai di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja,
seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas,
berikut ini
didaftarkan
juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia.
Akhiran
itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standarisasi,
efektif, dan
implementasi diserap
secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.
-aat (Belanda)
menjadi -at
advocaat
advokat
-age menjadi -ase
percentage
persentase
etalage
etalase
-al, -eel (Belanda),
-aal (Belanda) menjadi -al
structural,
structureel structural
formal,
formeel formal
normal,
normaal normal
-ant menjadi -an
accountant
akuntan
informant
informan
-archy, -archie (Belanda)
menjadi -arki
anarchy,
anarchie anarki
oligarchy,
oligarchie oligarki
-ary, -air (Belanda)
menjadi -er
complementary,
complementair komplementer
primary,
primair primer
secondary,
secondair sekunder
-(a)tion, -(a)tie (Belanda)
menjadi -asi, -as
action,
actie aksi
publication,
publicatie publikasi
-eel (Belanda)
menjadi -el
ideëel
ideel
materieel
materiel
moreel
morel
-ein tetap -ein
casein
kasein
protein
protein
-ic, -ics, ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika
logic,
logica logika
phonetics,
phonetiek fonetik
physics,
physica fisika
dialectics,
dialektica dialektika
technique,
techniek teknik
-ic, -isch (adjektiva
Belanda) menjadi -ik
electronic,
elektronisch elektronik
mechanic,
mechanisch mekanik
ballistic,
ballistisch balistik
-ical, isch (Belanda)
menjadi -is
economical,
economisch ekonomis
practical,
practisch praktis
logical,
logisch logis
-ile, -iel menjadi
-il
percentile,
percentiel persenril
mobile,
mobiel mobil
-ism, isme (Belanda)
menjadi -isme
modernism,
modernisme modernisme
communism,
communisme komunisme
-ist menjadi -is
publicist
publisis
egoist
egois
-ive, -ief (Belanda)
menjadi -if
descriptive,
descriptief deskriptif
demonstrative,
demonstratief demonstratif
-logue menjadi -log
catalogue
catalog
dialogue
dialog
-logy, -logie (Belanda)
menjadi -logi
technology,
technologie teknologi
physiology,
physiologie fisiologi
analogy,
analogie analogi
-loog (Belanda)
menjadi -log
analoog
analog
epiloog
epilog
-oid, -oide (Belanda)
menjadi -oid
hominoid,
hominoide hominoid
anthropoid,
anthropoide anthropoid
-oir(e) menjadi
-oar
trotoir
trotoar
repertoire
repertoar
-or, -eur (Belanda)
menjadi -ur, -ir
director,
directuer direktur
inspector,
inspectuer inspektur
amateur
amatir
formateur formatur
-or tetap -or
dictator
diktator
corrector
korektor
-ty, -teit (Belanda)
menjadi -tas
university,
universiteit universitas
quality,
kwaliteit kualitas
-ure, -uur (Belanda)
menjadi -ur
structure,
struktuur struktur
premature,
prematuur prematur
BAB V
PEMAKAIAN TANDA BACA
A.
Tanda
Titik (.)
1.
Tanda
titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku
tinggal di Solo.
Biarlah
mereka duduk di sana.
Dia
menanyakan siapa yang akan datang.
Hari
ini tanggal 6 April 1973.
Marilah
kita mengheningkan cipta.
Sudilah
kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.
2.
Tanda
titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya:
a.
III.
Departemen Dalam Negeri
A.
Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B.
Direktorat Jenderal Agraria
1. …
b.
1. Patokan Umum
1.1
Isi Karangan
1.2
Ilustrasi
1.2.1
Gambar Tangan
1.2.2
Tabel
1.2.3
Grafik
3.
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
Pukul
1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4.
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka
waktu.
Misalnya:
1.35.20
jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30
jam (20 menit, 30 detik)
5.
Tanda
titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
Siregar,
Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
6a. Tanda titik dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa
itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa
yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
6b. Tanda titik dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia
lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat
halaman 2345 seterusnya.
Nomor
gironya 5645678.
7.
Tanda
titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara
kunjungan Adam Malik
Bentuk
dan Kedaulatan (Bab 1 UUD ’45)
Salah
Asuhan
8.
Tanda
titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal suat
atau (2) nama dan alamat surat.
Misalnya:
Jalan
Diponegoro 82 (tanpa titik)
Jakarta
(tanpa titik)
1
April 1985 (tanpa titik)
Yth.
Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan
Arif 43 (tanpa titik)
Palembang
(tanpa titik)
Atau:
Kantor
Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan
Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta
(tanpa titik)
B.
Tanda
Koma (,)
1.
Tanda
koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya
membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat
biasa, surat kilat, maupun surat khusus memerlukan prangko.
Satu,
dua, … tiga!
2.
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya
yang didahului oleh kata seperti tetapi, atau melainkan.
Misalnya:
Saya
ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi
bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3a. Tanda koma dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului
indukn kalimatnya.
Misalnya:
Kalau
hari hujan, saya tida datang.
Karena
sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b. Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya
tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia
lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia
tahu bahwa soal itu penting.
4.
Tanda
koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat
pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun
begitu, akan tetapi.
Misalnya:
…. Oleh
karena itu, kita harus berhati-hati.
…. Jadi,
soalnya tidak semudah itu.
5.
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari
kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati,
ya, nanti jatuh.
6.
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat
juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)
Misalnya:
Kata
ibu “Saya gembira sekali.”
“Saya
gembira sekali,” kata ibu, “karena kamu lulus.”
7.
Tanda
koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Surat-surat
ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jalan raya Salemba 6, Jakarta.
Sdr.
Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor.
Kuala
Lumpur, Malaysia.
8.
Tanda
koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana,
Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2.
Djakarta: Pustaka Rakjat.
9.
Tanda
koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
W.J.S.
Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP
Indonesia, 1967), hlm. 4.
10.
Tanda
koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya utnuk membedakannya
dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B.
Ratulangi, S.E.
Ny.
Khadijah, M.A.
11.
Tanda
koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
Misalnya:
12,5
m
Rp12,50
12.
Tanda
koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
(Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)
Misalnya:
Guru
saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di
daerah kami, misalnya, masih banyak orang aki-laki yang makan sirih.
Semua
siswa, baik yang laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan
dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
Semua
siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
13.
Tanda
koma dapat dipakai―untuk menghindari salah baca―di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam
upaya pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang sungguh-sungguh.
Atas
bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
Bandingkan
dengan:
Kita
memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam upaya pembinaan dan pengembanagan
bahasa.
Karyadi
mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat
jika petikan langung itu berakhir dengan tanda tanya atau seru.
Misalnya:
“Di
mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
“Berdiri
lurus-lurus!” perintahnya.
C.
Tanda
Titik Koma (;)
1.
Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara.
Misalnya:
Malam
akan larut; pekerjaan belum selesai juga.
2.
Tanda
titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
yang setara dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; ibu sibuk bekerja
di dapur; Adik menghafal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan
siaran “Pilihan Pendengar”.
D.
Tanda
Dua Titik (:)
1a. Tanda titik dua dapat
dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian.
Misalnya:
Kita
sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya
ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
1b. Tanda titk dua tidak
dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengkahiri
pernyataan.
Misalnya:
Kita
memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas
itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
2.
Tanda
titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a.
Ketua
: Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
b.
Tempat
Sidang : Ruang 104
Pengantar Acara
: Bambang S.
Hari : Senin
Waktu : 09.30
3.
Tanda
titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Misalnya:
Ibu
: (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir
: “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu
: “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)
4.
Tanda
titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara
bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan , serta (iv) di antara nama kota dan penerbit buku acuan dalam
karangan.
Misalnya:
Tempo,
I (34), 1971: 7
Surah
Yasin: 9
Karangan
Ali Hakim, Pedidikan Seumur Hidup: sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegoro,
Sutomo, Tjukuplah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita? Djakarta:
Eresco, 1968.
E.
Tanda
Hubung (-)
1.
Tanda
hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di
samping cara-cara lama itu juga cara yang baru suku kata yang berupa satu vocal
tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.
Misalnya:
Beberapa
pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ….
Walaupun
sakit, mereka tetap tidak mau beranjak ….
atau
Beberapa
pendapat mengenai masalah
Itu telah disampaikan
….
Walaupun
sakit, mereka tetap tidak
mau
beranjak ….
bukan
Beberapa
pendapat mengenai masalah i-
tu telah
disamapaikan ….
Walaupun
sakit, mereka tetap tidak ma-
u beranjak
….
2.
Tanda
hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan
bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini
ada acara baru untuk mengukur panas.
Kukuran
baru ini memudahkan kita mengukur kelapa.
Senjata
merupakan alat pertahanan yang canggih.
Akhiran
i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal
baris.
3.
Tanda
hubung meyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak,
berulang-ulang, kemerah-merahan
Angka
2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai
pada teks karangan.
4.
Tanda
hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5.
Tanda
hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan,
dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi,
dua puluh lima-ribuan (20 x 5.000), tanggung jawab-dan
kesetiakawanan-sosial
Bandingkan
dengan:
be-revolusi,
dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25.000), tanggung jawab dan
kesetiakawanan
sosial
6.
Tanda
hubung dipakai untuk merangkai (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan
huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatan berhuruf
kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
se-Indonesia,
se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X; Menteri
Sekretaris Negara.
7.
Tanda
hubung dipakai untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia dengan unsure bahasa
asing.
Misalnya:
di-smash,
pen-tackle-an
F.
Tanda
Pisah (―)
1.
Tanda
pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan
bangsa itu―saya yakin akan tercapai―diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2.
Tanda
pisah menegaskan adanya keterangan oposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian
temuan ini―evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
pembelahan
atom―telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3.
Tanda
pisah dipakai di antara dua dilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai dengan’
atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
1910―1945
Tanggal
5―10 April 1970
Jakarta―Bandung
Catatan:
Dalam
pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi
sebelum dan sesudahnya.
G.
Tanda
Elipsis (…)
1.
Tanda
elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau
begitu … ya, marilah kita bergerak.
2.
Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam satu kalimat atau
naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab
kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika
bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah
titik; tiga buah titik untuk menandai penghilangan teks dan atu untuk menandai
akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam
tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati….
H.
Tanda
Tanya (?)
1.
Tanda
tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan
ia berangkat?
Saudara
tahu, bukan?
2.
Tanda
taya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
atau yang kurang dapat membuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia
dilahirkan pada tahun 1983 (?).
Uangnya
sebanyak 10 jta rupiah (?) hilang.
I.
Tanda
Seru (!)
Tanda seru
dipakai sesuda ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah
seramnya peristiwa itu!
Bersihkan
kamar itu sekarang juga!
Masakan!
Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya.
Merdeka!
J.
Tanda
Kurung ((…))
1.
Tanda
kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Bagian
Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2.
Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Sajak
Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun
1962.
Keterangan
itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam
negeri.
3.
Tanda
kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata
cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a).
Pejalan
kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4.
Tanda
kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga
kerja, dan (c) modal.
K.
Tanda
Kurung Siku ([…])
1.
Tanda
kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan
pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau ekurangan itu memang terdapat di naskah asli.
Misalnya:
Sang
Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2.
Tanda
kurung siku menapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan
kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman
35-38] perlu dibentangkan.
L.
Tanda
Petik (“…”)
1.
Tanda
petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan daan nskah atau bahan
tertulis lain.
Misalnya:
“Saya
belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal
36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
2.
Tanda
petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah
“Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat.
Karangan
Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” dimuat
dalam majalah Tempo.
Sajak
“Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
3.
Tanda
petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Misalnya:
Pekerjaan
itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal
dengan nama “cutbrai”.
4.
Tanda
petik penutup mengikuti tanda baca yang mengahkiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata
Tono, “Saya juga minta satu.”
5.
Tanda
baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang
mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau
bagian kalimat.
Misalnya:
Karena
warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
Bang
Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda
petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
M.
Tanda
Petik Tunggal (‘…’)
1.
Tanda
petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya
Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu
kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa
letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2.
Tanda
petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
(Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)
Misalnya:
feed-back ‘balikan’
N.
Tanda
Garis Miring (/)
1.
Tanda
garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomormpada alamat dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No.
7/PK/1973
Jalan
Kramat III/10
tahun
anggaran 1985/1986
2.
Tanda
gris miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
dikirimkan
lewat ‘dikirim lewt darat atau darat/laut lewat laut’
harganya
Rp25,00/lembar ‘harganya Rp25,00 tiap lembar’
O.
Tanda
Penyingkat atau Apostrof
Tanda
penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Ali
‘kan kusurati. (‘kan = akan)
Malam
‘lah tiba. (‘lah = telah)
1 Januari ’88. (’88 = 1988)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar