Ladang Bahasa

MENGGALI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN METODE PENGGUBAHAN KREATIF DENGAN TEKNIK ONE DAY ONE POETRY




BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Pengenalan nilai-nilai pendidikan karakter pada siswa merupakan hal yang penting dalam dunia pendidikan. Dengan mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter siswa akan lebih mengetahui karakter yang hendak dicapai dalam pembelajarannya di sekolah. Oleh karena itu, haruslah ada metode-metode pembelajaran yang mendidik siswa untuk bisa mengenali nilai-nilai pendidikan karakter agar siswa dapat meresapi nilai-nilai tersebut kedalam diri dan kehidupannya.
Muchlas Samani dan Hariyanto menjelaskan:
Ketika bangsa Indonesia bersepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, para Bapak pendiri bangsa (the founding father) menyadari bahwa paling tidak ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi. Pertama, mendirikan negera yang bersatu dan berdaulat, kedua membangun bangsa, dan ketiga  membangun karakter.[1]
Perilaku negatif siswa dalam dunia pendidikan masih sangat memprihatinkan. Kasus bertindak curang baik berupa tindakan mencontek, mencontoh pekerjaan teman atau mencontoh dari buku pelajaran seolah-olah merupakan kejadian yang biasa terjadi sehari-hari. Bahkan pada saat pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional ditengarai adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh siswa dan bahkan guru.
Pembelajaran sastra memiliki peran penting dalam kehidupan. Pembelajaran sastra yang bertujuan menghaluskan budi, menumbuhkan sikap positif, dapat membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan berbudaya, memberikan wawasan tentang masalah kemanusiaan serta memberikan keindahan atau kesenangan merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, guru sebagai pengajar yang baik harus dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan  menyenangkan, sehingga siswa menjadi tertarik dengan apa yang diajarkan guru.
Kosasih menjelaskan bahwa, fungsi sastra dapat digolongkan dalam lima kategori, sebagai berikut.
1.        Fungsi rekreatif, yaitu memberikan rasa senang, gembira, serta menghibur.
2.        Fungsi didaktif, yaitu memberikan pendidikan, karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan ada di dalamnya.
3.        Fungsi estetis, yaitu memberikan nilai-nilai keindahan.
4.        Fungsi moralitas, mengandung nilai moral yang tinggi sehingga para pembaca dapat membedakan moral yang baik dan buruk.
5.        Fungsi religiusitas, mengandung ajaran agama yang dapat dijadikan teladan bagi para pembacanya.[2]
Menulis puisi merupakan salah satu bentuk pembelajaran apresiasi sastra yang bertujuan untuk mengembangkan pemahaman, penghayatan, dan sikap positif terhadap karya sastra Indonesia sebagai khazanah kekayaan bangsa. Kegiatan menulis bukanlah kegiatan instan dan spontan, tetapi membutuhkan sebuah proses dan perenungan. Dalam kenyataan di lapangan, ternyata minat untuk  menulis puisi di kalangan pelajar belum berjalan baik. Sebagai alternatif solusi meningkatkan minat menulis adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang lebih kreatif, inovatif dan disenangi siswa, sehingga siswa berminat untuk mengapreasiasi puisi dan mampu menulis puisi dengan baik.
Dengan pembelajaran menulis puisi, diharapkan siswa dapat menggali nilai-nilai pendidikan karakter yang dituangkan dalam bentuk puisi. Penggunaan metode penggubahan kreatif dengan teknik  one day one poetry dalam menulis puisi merupakan cara yang tepat untuk siswa dapat menggali nilai-nilai pendidikan karakter. Metode ini dirancang untuk memudahkan siswa dalam meningkatkan minat, keinginan dan kemampuan menulis puisi. Selain itu, dengan membiasakan siswa untuk menulis puisi tiap harinya, akan membuat siswa lebih terampil dan lebih kreatif dalam menulis puisi serta mampu mengalihkan dan mengurangi perilaku-perilaku negatif siswa.
Dalam karya tulis ilmiah ini, peneliti mencoba menerapkan pembelajaran menulis puisi menggunakan metode penggubahan kreatif dengan teknik one day one poetry untuk menggali nilai-nilai pendidikan karakter. Setelah siswa terbiasa untuk menulis puisi dan menggali nilai-nilai pendidikan karakter dari proses penulisan puisinya, diharapkan adanya implementasi pendidikan karakter untuk membentuk karakter bangsa bisa tercapai.

B.            Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penerapan pembelajaran menulis puisi yang menggunakan metode penggubahan kreatif dengan teknik one day one poetry dapat menggali nilai-nilai pendidikan karakter siswa?”
C.           Tujuan dan Manfaat
Dalam penelitian ini, diharapkan siswa dapat menggali dan menuangkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam karya puisinya sehingga dapat memberikan sumbangan besar untuk pendidikan karakter secara umum sebagai upaya membangun karakter bangsa. Manfaat hasil penelitian ini adalah siswa dapat lebih gemar, lebih terampil dan lebih kreatif dalam menulis puisi. Manfaat lain, dengan menggali nilai-nilai pendidikan karakter dalam menulis puisi, siswa dapat memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.




[1] Muchlas Samani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter, (Bandung: Rosda, 2012), hlm. 1.
[2] E. Kosasih, Dasar-dasar Keterampilan Bersastra, (Bandung: Yrama Widya, 2012), hlm. 1.

BAB II
TELAAH PUSTAKA
  
Pada bab ini akan dibahas mengenai pendidikan karakter, hakekat pembelajaran menulis puisi, metode penggubahan kreatif, dan teknik one day one poetry sebagai berikut.
  
A.           Pendidikan Karakter
Bangsa Indonesia sejak kemerdekaan telah bertekad untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai bahan yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pembangunan karakter bangsa bisa tercapai apabila nilai-nilai pendidikan karakter telah diresapi dan diaplikasikan siswa sebagai generasi penerus bangsa.
Muchlas Samani dan Hariyanto menjelaskan:
Secara eksplisit pendidikan karakter (watak) adalah amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada pasal 3 menegaskan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”[1]
Muchlas Samani dan Hariyanto juga menjelaskan, dalam publikasi Pusat Kurikulum dinyatakan bahwa pendidikan karakter berfungsi:
(1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikir baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultural; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Dalam kaitan itu telah diidentifikasi sejumlah nilai pembentuk karakter yang merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai-nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa ingin tahu, (10) Bersemangat, (11) Cinta tanah air, (12) Menghargai prestasi, (13) Bersahabat/ komunikatif, (14) Cinta damai, (15) Gemar membaca, (16) Peduli lingkungan, (17) Peduli sosial, (18) Tanggung jawab. Dalam implementasinya di satuan pendidikan Pusat Kurikulum menyarankan agar dimulai dari nilai esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai kondisi masing-masing sekolah, misalnya bersih, rapi, nyaman, disiplin, sopan, dan santun.[2]
Untuk mewujudkan tujuan dan fungsi pendidikan karakter perlulah siswa menggali nilai-nilai pendidikan karakter tersebut agar siswa dapat memahami dan mengimplementasikannya kedalam kehidupannya. Nilai-nilai ini dapat digali oleh siswa dalam pembelajarannya di sekolah. Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah harus mengajak siswa untuk dapat menggali pendidikan karaker yang hendak dicapai.

B.            Hakekat Pembelajaran Menulis Puisi
Sebelum membahas pembelajaran menulis, sebaiknya dibahas terlebih dahulu tentang pengertian pembelajaran dan puisi. Pembelajaran adalah suatu proses yang diciptakan untuk menggubah sikap dan tingkah laku pesera didik agar sesuai dengan tujuan proses tersebut. Menulis adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan gagasannya dengan tulisan. Sedangkan puisi sebagai karya sastra memiliki pengertian yang berbeda-beda tergantung dari sudut pandang seseorang mendefinisikannya.
Situmorang dalam Aswinarko dan Ahmad Bahtiar menyatakan:
Puisi berasal dari bahasa Yunani, yang juga dalam bahasa latin poietas (Latin Poeta). Mula-mula artinya pembangun, pembentuk, pembuat. Asal katanya poieo atau poio atau poeo yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan menyair. Artinya yang mula-mula ini lama-kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dan menggunakan irama, dan kadang-kadang kata kiasan.[3]
Pesu Aftarudin mengemukakan bahwa pada hakekatnya puisi adalah gambaran kehidupan penyairnya, gambaran pengalaman diri lahir batin, serta kata hati atau emosi yang dikonkretkan.[4] Sedangkan Dianie Abdul Jalil mengemukakan bahwa puisi adalah pancaran kehidupan sosial, gejolak kejiwaan dan segala aspek yang ditimbulkan oleh adanya interaksi baik secara langsung ataupun tidak langsung, yang dituangkan ke dalam sebuah karangan atau tulisan yang indah serta memiliki makna tertentu dan mempunyai nilai estetik.[5]
Berdasarkan pengertian-pengertian tentang puisi di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan ungkapan perasaan serta ekspresi manusia dengan segala permasalahan kehidupan yang dituangkan kedalam karya yang ditulis dengan bahasa yang menarik serta memiliki keindahan. Sedangkan hakekat pembelajaran menulis puisi adalah suatu proses yang diciptakan untuk siswa dapat mempelajari cara menulis puisi agar tercapainya tujuan dalam pembelajaran tersebut.

C.           Metode Penggubahan Kreatif
Metode penggubahan kreatif adalah sebuah metode pembelajaran menulis puisi dengan melakukan penggubahan terhadap sebuah model tulisan (puisi) secara kreatif. Metode ini merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam proses penulisan yang menuntut seseorang melakukan penggubahan sebuah model tulisan (puisi) dan mengembangkan berdasarkan ide kreatifnya.

Manfaat Metode Penggubahan Kreatif
Manfaat menulis puisi dengan menggunakan metode penggubahan kreatif, yaitu:
1.    Melatih kemampuan menulis puisi (khususnya pemula).
2.    Menstimulus dalam memeroleh ide untuk menulis puisi.
3.    Melatih mengembangkan diksi.
4.    Memperkaya pembendaharaan kata (diksi).
5.    Meningkatkan penguasaan teknik menulis.
6.    Meningkatkan kreativitas.

Langkah-langkah Menulis Puisi dengan Menggunakan Metode Penggubahan Kreatif
1.    Membaca puisi berulang-ulang, untuk memahami struktur fisik dan struktur batin yang ada dalam puisi.
2.    Melakukan pemenggalan dengan membubuhkan :
·      Garis miring tunggal ( / ) jika di tempat tersebut diperlukan tanda baca koma.
·      Dua garis miring ( // ) mewakili tanda baca titik, yaitu jika makna atau pengertian kalimat sudah tercapai.
3.    Melakukan parafrasa dengan menyisipkan atau menambahkan kata-kata yang dapat memperjelas maksud kalimat dalam puisi.
4.    Menentukan makna kata/kalimat yang konotatif (jika ada).
5.    Menulis puisi dengan melakukan penggubahan kreatif dalam puisi tersebut.
Cara melakukan penggubahan kreatifnya, yaitu dengan;
·           Samakan tema, perasaan, nada dan suasana serta tipografi (tata wajah) pada puisi yang akan digubah.
·           Pahami diksi-diksi yang terdapat pada puisi yang akan digubah.
·           Lakukanlah penggubahan terhadap diksi-diksinya secara kreatif, dengan memperhatikan sinonim/persamaan/perlambangan yang sama dari puisi aslinya.
·           Berikan judul yang menarik tetapi tetap memperhatikan judul puisi aslinya.

Berikut ini contoh menulis puisi dengan menggunakan metode penggubahan kreatif pada puisi Mata Pisau karya Sapardi Djoko Damono:

Tahap 1 : Membaca Puisi Berulangkali.
MATA PISAU
(Sapardi Djoko Damono)

Mata pisau itu tak berkejap menatapmu;
kau yang baru saja mengasahnya
berpikir : ia tajam untuk mengiris apel
yang tersedia di atas meja
sehabis makan malam
ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu

Catatan: Bacalah berulang-ulang, dan cari serta pahami struktur fisik (diksi dan tipografi) dan struktur batin (tema, perasaan, nada dan suasana) dalam puisi di atas.

Tahap 2 : Melakukan Pemenggalan.
MATA PISAU
(Sapardi Djoko Damono)
 
Mata pisau itu / tak berkejap menatapmu;//
kau yang baru saja mengasahnya /
berpikir : // ia tajam untuk mengiris apel /
yang tersedia di atas meja /
sehabis makan malam //
ia berkilat / ketika terbayang olehnya urat lehermu //

Catatan: Lakukakan pemenggalan sesuai dengan jeda-jeda intonasi pada puisi tersebut dengan baik dan sesuai, apabila jeda itu mewakili tanda baca koma, maka lakukan pemenenggalan dengan membubuhkan ( / ), dan apabila jeda itu mewakili tanda baca titik, maka lakukan pemenggalan dengan membubuhkan ( // ).

Tahap 3 : Melakukan Parafrasa
MATA PISAU
(Sapardi Djoko Damono)
 
Mata pisau itu / tak berkejap menatapmu;//
(sehingga) kau yang baru saja mengasahnya /
berpikir : // (bahwa) ia (pisau itu) tajam untuk mengiris apel /
yang (sudah) tersedia di atas meja /
(Hal) (itu) (akan) (kau) (lakukan) sehabis makan malam //
ia (pisau itu) berkilat / ketika terbayang olehnya urat lehermu //

Catatan: Parafrasa: 1. pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi yang lain tanpa mengubah pengertian; 2. penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.[6]

Tahap 4 : Menentukan Makna Konotatif Kata/Kalimat.
·      pisau :           sesuatu yang memiliki dua sisi, bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif, bisa pula disalahgunakan sehingga menghasilkan sesuatu yang buruk, jahat, dan mengerikan.
·      apel :             sesuatu yang baik dan bermanfaat.
·      terbayang olehnya urat lehermu : sesuatu yang mengerikan.

Catatan: Tentukan makna/artikan kata yang menjadi pokok dalam puisi yang akan digubah.

Tahap 5 : Menulis Puisi Dengan Melakukan Penggubahan Kreatif.
Puisi Asli
Puisi Gubahan
MATA PISAU
(Sapardi Djoko Damono)

Mata pisau itu tak berkejap menatapmu;
kau yang baru saja mengasahnya
berpikir : ia tajam untuk mengiris apel
yang tersedia di atas meja
sehabis makan malam
ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu
SISI SILET
(Muhammad Jalalludin)
 
Sisi silet itu tak berkedip mengintaimu;
kau sesaat telah menajamkannya
terbesit : ia tajam menghaluskan rambut
yang tumbuh di atas daun bibir
setelah matahari mengumpatkan diri
ia berkilau ketika siluetnya melingkari pergelangan


Catatan:
·      Tema, perasaan, nada dan suasana serta tipografi (tata wajah) puisi gubahan tetap sama dengan puisi asli.
·      Penggubahan diksi pada tiap baris. seperti: kata “pisau” diganti menjadi “silet”, kata “apel” diganti menjadi “rambut”, dan kalimat “terbayang olehnya urat leher” diganti menjadi “siluetnya melingkari pergelangan”, serta kata-kata/kalimat lain yang digubah sesuai dengan sinomim / persamaan / perlambangan yang sama dari diksi puisi aslinya.
·      Pemberian judul yang menarik untuk puisi gubahan yang telah dibuat, tetapi tetap memperhatikan judul puisi aslinya.

D.           Menggali Nilai-nilai Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Menulis Puisi Menggunakan Metode Penggubahan Kreatif
Melalui pembelajaran menulis puisi dengan metode penggubahan kreatif, siswa akan dapat menggali nilai-nilai pendidikan karakter, antara lain:


1.    Religius,
2.    Jujur,
3.    Toleransi,
4.    Disiplin,
5.    Kerja keras,
6.    Kreatif,
7.             Mandiri,
8.             Demokratis,
9.             Rasa ingin tahu,
10.         Bersemangat,
11.         Cinta tanah air,
12.         Menghargai prestasi,
13.         Bersahabat/komunikati,
14.         Cinta damai,
15.         Gemar membaca,
16.         Peduli lingkungan,
17.         Peduli sosial,
18.         Tanggung jawab.


Dalam menggali nilai-nilai pendidikan karakter melalui pembelajaran menulis puisi dengan metode penggubahan kreatif, dapat dilakukan dengan menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat pada kata (diksi) yang digunakan dalam puisi gubahan.
Berikut ini contoh hasil penggalian nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan metode penggubahan kreatif. Dari puisi Mata Pisau karya Sapardi Djoko Damono yang telah digubah menjadi puisi Sisi Silet karya Muhammad Jalalludin dianalisis nilai-nilai pendidikan karakter sebagai berikut.


Analisis:
Terdapat dua nilai pendidikan karakter dari puisi Sisi Silet karya Muhammad Jalalludin, (1) toleransi dan (2) komunikatif.
(1)   -  Sisi silet itu tak berkedip mengintaimu;
-  terbesit : ia tajam menghaluskan rambut
yang tumbuh di atas daun bibir
-  ia berkilau ketika siluetnya melingkari pergelangan
Pada kutipan di atas terdapat nilai toleransi, kata “silet”  yang mengartikan sesuatu yang memiliki dua sisi, bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif dilambangkan oleh kata “rambut”, bisa pula disalahgunakan sehingga menghasilkan sesuatu yang buruk, jahat, dan mengerikan dilambangkan oleh kalimat “ia berkilau ketika siluetnya melingkari pergelangan”.
(2) kau sesaat telah menajamkannya
Pada kutipan di atas terdapat nilai komunikatif, untuk menyapa atau mengajak pembaca untuk berinteraksi dalam puisinya.

E.            Teknik One Day One Poetry
Teknik one day one poetry atau satu hari satu puisi adalah suatu teknik mengapresiasi (membaca / menganalisis / menulis) satu puisi yang dilakukan setiap hari.

Manfaat Teknik One Day One Poetry
1.    Membiasakan diri untuk melakukan apresiasi puisi,
2.    Menumbuhkan kepekaan terhadap nilai-nilai dalam puisi,
3.    Meningkatkan kemampuan menulis puisi,
4.    Meningkatkan daya berpikir, berimajinasi dan kreativitas.




[1] Muchlas Samani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter, (Bandung: Rosda, 2012), hlm. 27.
[2] Ibid., hlm. 10.
[3] Aswinarko dan Ahmad Bahtiar, Kajian Puisi Teori dan Praktik, (Jakarta: Unindra Press, 2013), hlm. 7.
[4] Pesu Aftraudin, Pengantar Apresiasi Puisi, (Bandung: Angkasa, 1986), hlm. 36.
[5] Dianie Abdul Jalil, Toeri dan Periodisasi Puisi Indonesia, (Bandung: Angkasa, 1990), hlm. 11.
[6] Ebta Setiawan, KBBI Offline Versi 1.3, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2011).

BAB III
METODE PENULISAN
  
A.           Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan teknik analisis nilai-nilai pendidikan karakter pada hasil penggunaan metode penggubahan kreatif dengan teknik one day one poetry dalam pembelajaran menulis puisi. Disertai observasi dengan sampel siswa kelas X-Ak SMK Wiyata Satya.

B.            Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan karakter yang digali dengan pembelajaran menulis puisi menggunakan metode penggubahan kreatif dengan teknik one day one poetry.

C.           Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, buku sumber, dan sampel. Peneliti melakukan penerapan pembelajaran menulis puisi menggunakan metode penggubahan kreatif dengan teknik one day one poetry kepada sampel. Setelah itu, hasil puisi gubahan sampel akan dianalisis untuk menemukan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat di dalamnya.

D.           Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti, sebagai berikut:
1.    Membaca dari berbagai sumber tentang nilai-nilai pendidikan karakter dan pembelajaran puisi.
2.    Membuat metode penggubahan kreatif dan teknik one day one poetry untuk pembelajaran menulis puisi.
3.    Mencari puisi-puisi yang memiliki nilai-nilai pendidikan karakter dari beberapa penyair, yang akan diberikan sebagai latihan untuk sampel menggali nilai-nilai pendidikan karakter melalui pembelajaran menulis puisi dengan metode penggubahan kreatif dengan teknik one day one poetry.
4.    Memberikan materi pembelajaran menulis puisi menggunakan metode penggubahan kreatif dengan teknik one day one poetry kepada sampel untuk dapat menggali nilai-nilai pendidikan karakter  dari sebuah puisi.
5.    Memberikan latihan kepada sampel untuk menggali nilai-nilai pendidikan karakter melalui pembelajaran menulis puisi dengan metode penggubahan kreatif dengan teknik one day one poetry.

E.            Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah yang akan dilakukan dalam teknik analisis data ini adalah:
1.    Memilih hasil tulisan 3 siswa sebagai sampel untuk dibahas dalam bab analisis dan sintesis.
2.    Menggali nilai-nilai pendidikan karakter dengan menganalisis puisi gubahan siswa.
3.    Menyimpulkan adanya manfaat penerapan pembelajaran menulis puisi menggunakan metode penggubahan kreatif dengan teknik one day one poetry dalam menggali nilai-nilai pendidikan karakter.

BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
  
Hasil analisis dan sintesis ini berkaitan dengan pembelajaran menulis puisi menggunakan metode penggubahan kreatif dengan teknik one day one poetry untuk menggali nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai-nilai pendidikan karakter dianalisis dari hasil gubahan sampel. Hasil menulis puisi yang dijelaskan hanya beberapa dari hasil menulis puisi sampel.

A.           Analisis dan Sintesis Menggali Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Menulis Puisi Menggunakan Metode Penggubahan Kreatif dengan Teknik One Day One Poetry
Dari seluruh sampel yang menulis puisi menggunakan metode penggubahan kreatif dengan teknik one day one poetry, peneliti hanya memilih hasil tulisan 3 siswa untuk dijelaskan pada bab ini.

1.             Hasil Menulis Puisi Andini Damayanti
Rabu, 27 Maret 2013
Puisi Asli
Puisi Gubahan
DOA
Karya Chairil Anwar

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku
aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
PERMOHONAN
Karya Andini Damayanti

Ya Allah
Dalam diam
Aku masih memangil namaMu

Walaupun berat tekad
mengingat Kau mempunyai semua

sinarMu sangat bersih
tetap kedip digelap hening

Ya Allah
aku tidak sempurna
hancur

Ya Allah
aku merantau di negeri orang

Ya Allah
di jalanMu aku berfikir
aku tidak bisa melupakanMu

Analisis:
Terdapat tiga nilai pendidikan karakter dari puisi Permohonan karya Andini Damayanti, (1) religius, (2) jujur dan (3) kerja keras.
(1)   Ya Allah
Dalam diam
Aku masih memanggil namaMu
Pada kutipan di atas terdapat nilai religius yang menjelaskan bahwa sampel memahami isi puisi asli, yang menyatakan selalu mengingat Tuhannya walau dalam diam.
(2)   Ya Allah
Aku tidak sempurna
hancur
Pada kutipan di atas terdapat nilai jujur. Sampel mengungkapkan kejujuran bahwa dirinya tak sempurna dan hancur.
(3)   Ya Allah
Aku merantau di negeri orang
Pada kutipan di atas terdapat nilai kerja keras. Sampel menjelaskan dirinya merantau (mencari penghidupan) di negeri orang (bukan tempat dia lahir dan hidup sebelumnya).
Kamis, 28 Maret 2013
Puisi Asli
Puisi Gubahan
ATAS KEMERDEKAAN
Karya Sapardi Djoko Damono

kita berkata : jadilah
dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut
di atasnya : langit dan badai tak henti-henti
di tepinya cakrawala

terjerat juga akhirnya
kita, kemudian adalah sibuk
mengusut rahasia angka-angka
sebelum Hari yang ketujuh tiba


sebelum kita ciptakan pula Firdaus
dari segenap mimpi kita
sementara seekor ular melilit pohon itu:
inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah
ATAS KEBANGKITAN
Karya Andini Damayanti

Kami berucap : terwujudlah
dan kejayaan pun suatu laut
di atasnya, cakrawala dan ombak yang tak kunjung redah
di pinggir langit

terjebak juga akhirnya
kami, selanjutnya adalah susah
mencari sesuatu yang disembunyikan angka-angka
sebelum hari minggu datang

sebelum kami mewujudkan pula surga
dari segenap harapan kami
sementara seekor ular melilit pohon itu:
inilah kejayaan itu, syukurilah

Analisis:
Terdapat tiga nilai pendidikan karakter dari puisi Atas Kebangkitan karya Andini Damayanti, (1) bersemangat, (2) kerja keras dan (3) religius.
(1)   Kami berucap : terwujudlah
Dan kejayaan pun suatu laut
Pada kutipan di atas terdapat nilai bersemangat yang menjelaskan bahwa sampel memahami isi puisi asli. Sampel menunjukkan adanya rasa bersemangat untuk mencapai kejayaan.
(2)   Kami selanjutnya adalah susah
mencari sesuatu yang disembunyikan angka-angka
sebelum hari minggu datang
Pada kutipan di atas terdapat nilai kerja keras. Sampel mengungkapkan adanya kerja keras yang dilakukan untuk mengungkap suatu rahasia atau kerja keras dalam mengerjakan sesuatu hal.
(3)   Inilah kejayaan itu, syukurilah
Pada kutipan di atas terdapat nilai religius. Sampel mengatakan “syukurilah” untuk menyatakan bahwa setelah tercapai kejayaan, manusia itu harus bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan kejayaan tersebut.
Jumat, 29 Maret 2013
Puisi Asli
Puisi Gubahan
LAGU SERDADU
Karya WS. Rendra

Kami masuk serdadu dan dapat senapan
ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang
Yoho, darah kami campur arak!
Yoho, mimpi kami patung-patung dari perak

Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekali
Wahai, tanah yang baik untuk mati
Dan kalau ku telentang dengan pelor timah
cukilah ia bagi puteraku di rumah
MASUK TNI
Karya Andini Damayanti

Kami masuk TNI dan dapat senjata
ibu kami bersedih tapi burung harus terbang
Berteriak, tubuh kami campur arak!
Berteriak, harapan kami mematung jadi perak

Nenek cerita daerah kita indah sekali
Wahai, tempat yang aman untuk mati
Dan kalau ku tertidur dengan peluru
cukilah dia bagi anakku di rumah


Analisis:
Terdapat dua nilai pendidikan karakter dari puisi Masuk TNI karya Andini Damayanti, (1) bersemangat, dan (2) cinta tanah air.
(1)   Berteriak, tubuh kami campur arak!
Berteriak, harapan kami mematung jadi perak
Pada kutipan di atas terdapat nilai bersemangat. Sampel menunjukkan adanya rasa bersemangat dengan mengatakan bahwa harapannya mematung jadi perak, berarti sampel memiliki harapan yang besar dan kuat.
(2)   Nenek cerita daerah kita indah sekali
Wahai, tempat yang aman untuk mati
Pada kutipan di atas terdapat nilai cinta tanah air. Sampel mengungkapkan bahwa daerah tempat tinggalnya begitu indah dan dia ingin mati di tempatnya. Hal ini adalah penggambaran kecintaan sampel terhadap tanah airnya, yaitu Indonesia.

2.             Hasil Menulis Puisi Anggita Maudi
Rabu, 27 Maret 2013
Puisi Asli
Puisi Gubahan
DENGAN PUISI, AKU
Karya Taufiq Ismail

Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala

Dengan puisi aku mengenang
Keabadian yang akan datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris

Dengan puisi aku mengutuk
Napas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
BERSAMA SYAIR, AKU
Karya Anggita Maudi

Bersama syair aku bersenandung
Hingga tua ajalku menanti
Bersama syair aku berkasih
Setinggi langit

Bersama syair aku mengingat
Masa depan yang akan tiba
Bersama syair aku berduka
Jarum waktu bila kejam mengiris

Bersama syair aku bersumpah
Hembusan masa yang busuk
Bersama syair aku memohon
Persilahkanlah kiranya

Analisis:
Terdapat empat nilai pendidikan karakter dari puisi Bersama syair, Aku karya Anggita Maudi, (1) jujur, (2) bersemangat, (3) peduli sosial dan (2) religius.
(1)   Bersama syair aku bersenandung
Hingga tua ajalku menanti
Bersama syair aku berkasih
Setinggi langit

Bersama syair aku mengingat
Masa depan yang akan tiba
Bersama syair aku berduka
Jarum waktu bila kejam mengiris

Bersama syair aku bersumpah
Hembusan masa yang busuk
Bersama syair aku memohon
Persilahkanlah kiranya
Pada kutipan di atas terdapat nilai jujur. Pada tiap baris dan bait puisi gubahan sampel, dia mengatakan sesuatu yang bisa diperbuat dengan menulis syair dan dia mencoba mengatakan hal-hal yang akan tekuak atau kejadian-kejadian apa yang bisa dia tulis dalam syairnya.
(2)   Bersama syair aku bersenandung
Hingga tua ajalku menanti
Pada kutipan di atas terdapat nilai bersemangat. Sampel mengungkapkan bahwa dia akan tetap membuat syair walau sampai ajalnya nanti.
(3)   Bersama syair aku bersumpah
Hembusan masa yang busuk
Pada kutipan di atas terdapat nilai peduli. Sampel mengungkapkan bahwa dengan menulis syair dia menyatakan ketidaksukaannya dengan kondisi sosial yang kotor, baik lingkungan maupun perbuatan manusianya.
(4)   Bersama syair aku memohon
Persilahkanlah kiranya
Pada kutipan di atas terdapat nilai religius. Sampel mengungkapkan bahwa dengan menulis syair dia bisa memohon (berdoa) kepada Tuhan dan meminta Tuhan mengabulkannya.
Kamis, 28 Maret 2013
Puisi Asli
Puisi Gubahan
ATAS KEMERDEKAAN
Karya Sapardi Djoko Damono

kita berkata : jadilah
dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut
di atasnya : langit dan badai tak henti-henti
di tepinya cakrawala

terjerat juga akhirnya
kita, kemudian adalah sibuk
mengusut rahasia angka-angka
sebelum Hari yang ketujuh tiba

sebelum kita ciptakan pula Firdaus
dari segenap mimpi kita
sementara seekor ular melilit pohon itu:
inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah
KEJAYAAN
Karya Anggita Maudi

Kami berucap : Tercapailah
dan kejayaan pun seperti air biru yang luas
di atasnya : cakrawala dan ombak yang tak kunjung surut
di tepinya langit

terjebak juga akhirnya
kami, lalu sangat sibuk
menyusun strategi angka-angka
sebelum hari minggu datang

sebelum kami mewujudkan pula Firdaus
dari sebuah keinginan kami
sementara seekor ulat melilit pohon itu:
inilah kejayaan itu, syukurilah


Analisis:
Terdapat tiga nilai pendidikan karakter dari puisi Kejayaan karya Anggita Maudi, (1) bersemangat, (2) kerja keras dan (3) religius.
(1)   - Kami berucap : tercapailah
Dan kejayaan pun seperti air biru yang luas

-  sebelum kami mewujudkan pula Firdaus
dari sebuah keinginan kami
Pada kutipan di atas terdapat nilai bersemangat yang menjelaskan bahwa sampel memahami isi puisi asli. Sampel menunjukkan adanya rasa bersemangat untuk mencapai kejayaan dan adanya semangat dalam mewujudkan keinginannya.
(2)   Kami, lalu sangat sibuk
menyusun strategi angka-angka
sebelum hari minggu datang
Pada kutipan di atas terdapat nilai kerja keras. Sampel mengungkapkan adanya kerja keras yang dilakukan untuk menyusun sesuatu hal sebelum habis waktunya.
(3)   Inilah kejayaan itu, syukurilah
Pada kutipan di atas terdapat nilai religius. Sampel mengatakan “syukurilah” untuk menyatakan bahwa setelah tercapai kejayaan, manusia itu harus bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan kejayaan tersebut.
Jumat, 29 Maret 2013
Puisi Asli
Puisi Gubahan
PRAJURIT JAGA MALAM
Karya Chairil Anwar

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu......
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!
PAHLAWAN PENJAGA MALAM
Karya Anggita Maudi

Saat melangkah. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi?
Para remaja aktif yang berumur egois,
melihat sinis
Menghayal kejayaan setinggi langit
keyakinan
ada di sebelahku selama melindungi tempat yang tetap ini
Aku mencintai kepada mereka yang kuat hidup
Aku mencintai mereka yang dalam hingga berganti malam
Langit kelam yang harum berkhayal, terkena kotoran……
Saat melangkah. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi!

Analisis:
Terdapat tiga nilai pendidikan karakter dari puisi Pahlawan Penjaga Malam karya Anggita Maudi, (1) rasa ingin tahu, dan (2) peduli lingkungan.
(1)   Saat melangkah. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi?
Pada kutipan di atas terdapat nilai rasa ingin tahu yang menjelaskan bahwa sampel memahami isi puisi asli. Sampel menunjukkannya dengan menimbulkan pertanyaan pada awal puisinya.
(2)   Ada disebelahku selama melindungi tempat yang tetap ini
Pada kutipan di atas terdapat nilai peduli lingkungan. Sampel mengungkapkan bahwa adanya rasa peduli lingkungan dengan melindungi tempat tinggalnya.

3.             Hasil Menulis Puisi Hanny Maulida
Rabu, 27 Maret 2013
Puisi Asli
Puisi Gubahan
DENGAN PUISI, AKU
Karya Taufiq Ismail

Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala

Dengan puisi aku mengenang
Keabadian yang akan datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris

Dengan puisi aku mengutuk
Napas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
DENGAN SYAIR, AKU
Karya Hanny Maulida

Dengan syair aku menyanyi
Sampai batas umurku nanti
Dengan syair aku mencinta
Tak terbatas luasnya dunia

Dengan syair aku terkenang
Kesunyian seakan menghampiri
Dengan syair airmata terurai
Duri-duri seakan kejam menusuk

Dengan syair aku meratap
Kemarau semakin mantap
Dengan syair aku meminta
Dengarkanlah kiranya
Analisis:
Terdapat tiga nilai pendidikan karakter dari puisi Dengan Syair, Aku karya Hanny Maulida, (1) jujur, (2) bersemangat, (3) peduli sosial dan (2) religius.
(1)     Dengan syair aku menyanyi
Sampai batas umurku nanti
Dengan syair aku mencinta
Tak terbatas luasnya dunia

Dengan syair aku terkenang
Kesunyian seakan menghampiri
Dengan syair airmata terurai
Duri-duri seakan kejam menusuk

Dengan syair aku meratap
Kemarau semakin mantap
Dengan syair aku meminta
Dengarkanlah kiranya
Pada kutipan di atas terdapat nilai jujur. Pada tiap baris dan bait puisi gubahan sampel, dia mengatakan sesuatu yang bisa diperbuat dengan menulis syair dan dia mencoba mengatakan hal-hal yang akan tekuak atau kejadian-kejadian apa yang bisa dia tulis dalam syairnya.
(2)   Dengan syair aku menyanyi
Sampai batas umurku nanti
Pada kutipan di atas terdapat nilai bersemangat. Sampel mengungkapkan bahwa dia akan tetap membuat syair walau sampai batas umurnya nanti.
(3)   Dengan syair aku meminta
Dengarkanlah kiranya
Pada kutipan di atas terdapat nilai religius. Sampel mengungkapkan bahwa dengan menulis syair dia bisa meminta (berdoa) kepada Tuhan dan meminta Tuhan mendengarkannya.
Kamis, 28 Maret 2013
Puisi Asli
Puisi Gubahan
SERATUS JUTA
Karya Taufiq Ismail

Umat miskin dan penganggur berdiri hari ini
Seratus juta banyaknya
Di tengah mereka tak tahu akan berbuat apa
Kini kutundukkan kepala, karena
Ada sesuatu besar luar biasa
Hilang terasa dari rongga dada
Saudaraku yang sirna nafkah, tanpa kerja
berdiri hari ini
Seratus juta banyaknya
Kita mesti berbuat sesuatu, betapun sukarnya.
BERIBU-RIBU
Karya Hanny Maulida

Anak jalan yang tak terdidik berbaris
Beribu-ribu jumlahnya
Di antara mereka tak bisa baca tulis
Kurenungkan, kurasakan pahitnya
Perih tak terhingga
Hilang terasa dari rongga dada
Anak bangsa Buta huruf, malang nian nasibnya
Berjejer dipinggir jalan
Beribu-ribu jumlahnya
Kita harus bertindak, sekecil apapun usahanya.

Analisis:
Terdapat dua nilai pendidikan karakter dari puisi Beribu-ribu karya Hanny Maulida, (1) peduli sosial, dan (2) kerja keras.
(1)   Anak jalan yang tak terdidik berbaris
Beribu-ribu jumlahnya
Di antara mereka tak bisa baca tulis
Kurenungkan, kurasakan pahitnya
Pada kutipan di atas terdapat nilai peduli sosial yang menjelaskan bahwa sampel memahami isi puisi asli. Sampel mencerita kan penderitaan anak jalanan yang beribu-ribu jumlahnya dan ikut merasakan penderitaan mereka.
(2)   Kita harus bertindak, sekecil apapun usahanya.
Pada kutipan di atas terdapat nilai kerja keras. Sampel mengungkapkan adanya kerja keras yang akan dilakukan untuk membantu para anak jalan.
Jumat, 29 Maret 2013
Puisi Asli
Puisi Gubahan
PRAJURIT JAGA MALAM
Karya Chairil Anwar

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu......
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!
PENYELAMAT JIWA
Karya Hanny Maulida

Geraknya. Menyelamatkan jiwa
Muda tua mereka sama,
berhati tulus penuh cinta
Harapannya tamu-tamu akan selamat
sabar
Dihidupnya selalu orang yang utama
Aku suka mereka yang berjasa
Aku suka mereka yang tak patah semangat
Siang malam menyelamatkan
Demi mereka yang merinti kesakitan

Analisis:
Terdapat tiga nilai pendidikan karakter dari puisi Penyelamat Jiwa karya Hanny Maulida, (1) peduli sosial, dan (2) bersemangat.
(1)     Geraknya. Menyelamatkan jiwa
Muda tua mereka sama,
berhati tulus penuh cinta
Harapannya tamu-tamu akan selamat
sabar
Dihidupnya selalu orang yang utama
Aku suka mereka yang berjasa
Aku suka mereka yang tak patah semangat
Siang malam menyelamatkan
Demi mereka yang merinti kesakitan
Pada kutipan di atas terdapat nilai peduli sosial. Hal ini terlihat dari keseluruhan isi puisinya yang selalu menyinggung masalah kepedulian sosial yang tinggi.
(2)     Aku suka mereka yang tak patah semangat

Pada kutipan di atas terdapat nilai bersemangat. Sampel mengungkapkan bahwa ada seseorang yang tak pernah patah semangat dalam berbuat sesuatu.

BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.           Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran menulis puisi menggunakan metode penggubahan kreatif dengan teknik one day one poetry dapat menggali nilai-nilai pendidikan karakter siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil puisi gubahan siswa yang memiliki nilai-nilai pendidikan karakter yang varian dari puisi aslinya.
Dengan penerapan pembelajaran menulis puisi menggunakan metode penggubahan kreatif dengan teknik one day one poetry juga memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih gemar, lebih kreatif, dan lebih terampil dalam menulis puisi. Hal ini sangat berperan penting dalam penanaman nilai-nilai pendidikan karakter pada siswa karena siswa tidak akan merasa sulit untuk mempelajari nilai-nilai pendidikan karakter, siswa bahkan akan lebih senang dan lebih kritis dalam berpikir tentang kehidupannya dan upaya pendidikan karakter untuk membangun karakter bangsa akan tercapai.

B.            Rekomendasi
Berdasarkan simpulan penelitian di atas, maka peneliti mengeluarkan rekomendasi sebagai berikut:
1.    Adanya peran sentral guru dalam memotivasi siswa agar lebih gemar menulis puisi setiap harinya untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter kedalam diri siswa sebagai usaha membangun karakter bangsa.
2.    Guru juga berperan dalam membiasakan siswa untuk menulis puisi setiap harinya.
3.   Penerapan metode penggubahan kreatif dengan teknik one day one poetry dapat menjadi alternatif dalam pembelajaran menulis puisi.
Demikian simpulan dan rekomendasi hasil penelitian ini, mudah-mudahan dapat memberikan solusi dan sumbangan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi untuk menggali nilai-nilai pendidikan karakter.

DAFTAR PUSTAKA

Aftarudin, Pesu. 1986. Pengantar Apresiasi Puisi. Bandung: Angkasa.
Aswinarko dan Ahmad Bahtiar, 2013. Kajian Puisi Teori dan Praktik. Jakarta: Unindra Press.
Jalil, Dianie Abdul. 1990. Teori dan Periodisasi Puisi Indonesia. Bandung: Angkasa.
Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: Rosda.
Setiawan, Ebta. 2011. KBBI Offline Versi 1.3. Jakarta: Pusat Bahasa.



BAHASA ALAY MEMBUNUH BAHASA INDONESIA[1]


Pendahuluan

Ikrar yang dikenal dengan nama “Sumpah Pemuda” pada butir ketiga berbunyi Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia” yang diperingati setiap tahun oleh bangsa Indonesia ini juga memperlihatkan betapa pentingnya bahasa bagi suatu bangsa. Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling efektif, mutlak dan diperlukan setiap bangsa. Tanpa bahasa, bangsa tidak akan mungkin dapat berkembang.
Bahasa juga menunjukkan identitas bangsa. Bahasa sebagai bagian kebudayaan dapat menunjukkan tinggi rendahnya kebudayaan bangsa. Pada perjalanan selanjutnya, bahasa Indonesia tidak lagi sebagai bahasa persatuan, tetapi juga berkembang sebagai bahasa negara, bahasa resmi, dan bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi. Dalam perkembangannya lebih lanjut, bahasa Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. Keenam kedudukan ini mempunyai fungsi yang berbeda, walaupun dalam praktiknya dapat saja muncul secara bersama-sama dalam satu peristiwa, atau hanya muncul satu atau dua fungsi saja.
Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia bukan saja dipakai sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja dipakai sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, tetapi juga dipakai sebagai alat perhubungan formal pemerintahan dan kegiatan atau peristiwa formal lainnya. Misalnya, surat-menyurat antarinstansi pemerintahan, penataran para pegawai pemerintahan, lokakarya masalah pembangunan nasional, dan surat dari karyawan atau pagawai ke instansi pemerintah.
Bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari lembaga pendidikan terendah (taman kanak-kanak) sampai dengan lembaga pendidikan tertinggi (perguruan tinggi) di seluruh Indonesia, kecuali daerah-daerah yang mayoritas masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Di daerah ini, bahasa daerah boleh dipakai sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan tingkat sekolah dasar sampai dengan tahun ketiga (kelas tiga). Setelah itu, harus menggunakan bahasa Indonesia. Karya-karya ilmiah di perguruan tinggi (baik buku rujukan, karya akhir mahasiswa – skripsi, tesis, disertasi, dan hasil atau laporan penelitian) yang ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia harus dibina dan dikembangkan dengan baik karena bahasa Indonesia itu merupakan salah satu identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Setiap orang Indonesia patutlah bersikap positif terhadap bahasa Indonesia, janganlah menganggap remeh dan bersikap negatif. Setiap orang Indonesia mestilah berusaha agar selalu cermat dan teratur menggunakan bahasa Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, mestilah dikembangkan budaya malu apabila mereka tidak mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Anggapan bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang dipenuhi oleh kata, istilah, dan ungkapan asing merupakan bahasa Indonesia yang “canggih” adalah anggapan yang keliru. Begitu juga, penggunaan kalimat yang berpanjang-panjang dan berbelit-belit, sudah tentu memperlihatkan kekacauan cara berpikir orang yang menggunakan kalimat itu. Apabila seseorang menggunakan bahasa dengan kacau-balau, sudah tentu hal itu menggambarkan jalan pikiran yang kacau-balau pula. Sebaliknya, apabila seseorang menggunakan bahasa dengan teratur, jelas, dan bersistem, cara berpikir orang itu teratur dan jelas pula. Oleh sebab itu, sudah seharusnyalah setiap orang Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang teratur, jelas, bersistem, dan benar agar jalan pikiran orang Indonesia (sebagai pemilik bahasa Indonesia) juga teratur dan mudah dipahami orang lain.
Apabila yang muncul adalah sikap yang negatif, tidak baik, dan tidak terpuji, akan berdampak pada pemakaian bahasa Indonesia yang kurang terbina dengan baik. Mereka menggunakan bahasa Indonesia “asal orang mengerti”. Muncullah pemakaian bahasa Indonesia sejenis bahasa prokem, bahasa plesetan, dan bahasa jenis lain yang tidak mendukung perkembangan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Mereka tidak lagi memperdulikan pembinaan bahasa Indonesia. Padalah, pemakai bahasa Indonesia mengenal ungkapan “Bahasa menunjukkan bangsa”, yang membawa pengertian bahwa bahasa yang digunakan akan menunjukkan jalan pikiran si pemakai bahasa itu. Apabila pemakai bahasa kurang berdisiplin dalam berbahasa, berarti pemakai bahasa itu pun kurang berdisiplin dalam berpikir.
Sikap bangsa Indonesia terhadap bahasa Indonesia cenderung ambivalen, sehingga terjadi dilematis. Artinya, di satu pihak kita menginginkan bahasa Indonesia menjadi bahasa modern, dan dapat mengikuti perkembangan zaman serta mampu merekam ilmu pengetahuan dan teknologi global, tetapi di pihak lain kita telah melunturkan identitas dan citra diri itu dengan lebih banyak mengapresiasi bahasa asing sebagai lambang kemodernan (Warsiman, 2006:42-43). Atas dasar itu, tidak heran jika para remaja masa kini lebih cenderung menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul sebagai bagian dari hidupnya jika mereka tidak ingin disebut ketinggalan zaman.
Pada saat ini, dalam lingkungan pergaulan telah dikenal dan berkembang bahasa alay (anak lebay). Bahasa alay itu mencampur aduk antara tulisan, lisan, dan gambar, sehingga semuanya menjadi kacau. Kekacauan bahasa itu terlihat karena peletakan gambar yang seenaknya dan kadang emosi juga diungkapkan secara tidak tepat. Bahasa yang rusak itu justru dianggap sebagai kreativitas. Penutur bahasa dalam dunia maya memang kreatif, tapi kalau merusak tidak dapat dibilang kreatif. Kerusakan bahasa dan mudahnya perubahan identitas itu melahirkan generasi yang berani bersikap dan asosial atau individualis.
Sebenarnya penggunaan kata anak muda dirasa kurang pas, karena penggunaan bahasa alay ini marak dipopulerkan oleh anak-anak ABG (anak baru gede) seumuran SMP, maupun SMU. Bahasa ini sangat tidak lazim bagi orang-orang sehat dan normal. Anak ABG selalu berhasil menciptakan sebuah image baru mengenai dirinya walaupun hal tersebut banyak menabrak rambu-rambu yang telah ada. Tidak terkecuali dengan bahasa alay ini, yang menggabungkan huruf dengan angka, memperpanjang atau memperpendek pemakaian huruf atau memvariasi huruf besar dan kecil membentuk sebuah kata dan kalimat. Bagi orang dewasa yang masih berinteraksi dengan anak-anak ABG (baca: alay) tersebut, tentunya akan sangat menyusahkan bila mereka menuliskan sesuatu (SMS/email misalnya).
Keberadaan bahasa alay dianggap kaum muda sebagai alat komunikasi dalam pergaulan sehari-hari. Baik lisan maupun tulisan, bahasa ini dianggap sebagai media berekspresi. Namun, tanpa disadari, lama kelamaan bahasa alay bisa mengancam eksistensi Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan karena semakin jauh berbeda dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar, bahkan bahasa alay dapat membunuh bahasa Indonesia.

Bahasa Alay dan Problematikanya

- kaMI pUtra daN PUtri Indonesia, menjunjuNg tinGgi BaHaSa persatuan, baHasA iNDonESia
- K4m1 putr4 dan putr1 1nd0n3514, m3njunjung t1n661 b4ha54 p3r54tu4n, b4h45a 1nd0ne514
- Kmi putr dn ptri Indns, mnjunjng tngg bhs prstan, bhs Indns
1n5y4 4JJl N4nt1 50re ud 4d4 4cr4. p0kUqnY 5e3p b3ud..
QuWwh gag biCa cuKa aMa cO aGiih, uWawAnthi c0 bgdZ deCh
Tulisan di atas sama sekali bukan kode bahasa rahasia intelijen. Tapi sekadar gaya bahasa tulis yang sedang populer di kalangan anak muda sekarang ini. Gaya bahasa ini mudah dijumpai di SMS yang ada di handphone mereka, atau pada status dan wall Facebook/Twitter atau situs jejaring sosial lainnya. Bagi orang yang bukan sesusia atau bukan dari kalangannya akan langsung merasa sebal atau malah pusing membacanya. Namun, jika sudah bisa menebak artinya, jangan senang dulu. Sebab tidak selamanya ulangsung bisa faham maksudnya. Persoalannya, tidak ada kaidah tetap untuk bahasa-bahasa ini. Satu-satunya aturan adalah justru ketidakaturan itu sendiri. Jangan dibahas apa rumusnya “gue” bisa menjadi: gw, W, atau malah G saja. Belum lagi untuk menyatakan ekspresi, kemungkinannya semakin tidak terbatas. Contohnya untuk tertawa, jika Anda hanya mengenal hehehe… atau he3x, sekarang ada wkwkwk, xixixi, haghaghag, dan sebagainya. Jangan bayangkan pula bagaimana ini mau diucapkan secara lisan, karena untunglah ini hanya bahasa tulis.
Awal mula kemunculan bahasa rumit ini tak lepas dari perkembangan SMS atau layanan pesan singkat. Namanya pesan singkat, maka menulisnya jadi serba singkat, agar pesan yang panjang bisa terkirim hanya dengan sekali SMS. Selain itu juga agar tidak terlalu lama mengetik dengan tombol handphone yang terbatas. Awalnya memang hanya serba menyingkat. Kemudian huruf-huruf mulai diganti dengan angka, atau diganti dengan huruf lain yang jika dibaca kurang lebih menghasilkan bunyi yang mirip.
Belakangan, bukannya disingkat malah dilebih-lebihkan, seperti “dulu” menjadi “duluw”. Ketika jejaring sosial lewat internet datang sebagai media baru yang mewabah, budaya menulis pesan singkat ini terbawa dan makin hidup di situ. Lambat laun ini menjadi semacam sub budaya dalam cara berkomunikasi anak muda yang kemudian disebut sebagai Anak Alay, dengan Bahasa Alay sebagai intangible artefact-nya.
Ada sumber yang menyebutkan, alay ini berasal dari singkatan “anak layangan”, yang punya asosiasi pada anak muda tukang kelayapan, atau anak kampung yang berlagak mengikuti tren fashion dan musik. Ada lagi yang sekadar merujuk pada anak muda yang demi mendapatkan pengakuan di tengah lingkungan pergaulan akan melakukan apa saja, dari meniru gaya pakaian, gaya berfoto dengan muka yang sangat dibuat-buat, hingga cara menulis yang dibuat “sok” kreatif dan rumit seperti di atas.
Fenomena bahasa alay itu sendiri mengingatkan pada fenomena bahasa gaul yang hampir selalu ada pada setiap generasi anak muda. Bahasa-bahasa gaul yang tidak serta merta hilang terkubur dibawa peralihan generasi. Seperti “bokap” atau “nyokap”, jejak bahasa prokem yang tentu Anda masih sering dengar dalam bahasa percakapan saat ini.
Berikut adalah kata-kata yang lazim dipakai oleh komunitas alay:
Saja : Ja, Ajj
Aku : Akyu, Akuwh, Akku, q.
Anak : Nax, Anx, Naq
Apa : Pa, PPa (PPa ???)
Baru : Ru
Belum : Lom, Lum
Boleh : Leh
Buat : Wat, Wad
Cape : Cppe, Cpeg
Cewek : Cwekz
Cowok : Cwokz
Cuekin : Cuxin
Curhat : Cvrht
Dulu : Duluw
Gue/aku : W, Wa, Q, Qu, G
Hai : Ui
Halo : Alow
Imut : Imoetz, Mutz
Ini : Iniyh, Nc
Kakak : Kakagg
Kalau : Kaluw, Klw, Low
Kalian : Klianz
Kamu : Kamuh, Kamyu, Qmu, Kamuwh
Kan : Khan, Kant, Kanz
Karena/Soalnya : Coz, Cz
Kenal : Nal
Keren : Krenz, Krent
Ketawa : wkwkwk, xixixi, haghaghag, w.k.k.k.k.k., wkowkowkwo
Khusus : Khuzuz
Kok : KoQ, KuQ, Kog, Kug
Kurang : Krang, Krank (Crank?)
Lagi : Ghiy, Ghiey, Gi
Lo/kamu : U
Lucu : Luthu, Uchul, Luchuw
Lupa : Lupz
Maaf : Mu’uv, Muupz, Muuv
Main : Men
Makan : Mumz, Mamz
Manis : Maniezt, Manies
Masuk : Suk, Mzuk, Mzug, Mzugg
Mengeluh : Hufft
Nya, contoh : misalnya, jadi misalna, misal’a, misal.a
Paling : Plink, P’ling
Pasti : Pzt
Punya : Pya, P’y
Rumah : Humz, Hozz
Salam : Lam
Sayang : Saiank, Saiang
Sempat : S4
Setiap : Styp
Siapa : Sppa, Cppa, Cpa, Spa
Tapi : PPi
Tahu : Taw, Tawh, Tw
Telepon : Tilp
Tempat : T4
Terus : Rus, Tyuz, Tyz
Tiap : Tyap
Sudah : Dagh
Ya/Iya : Yupz, Ia, Iupz

Pengaruh Bahasa Alay terhadap Bahasa Indonesia

Para ABG yang gemar bertutur Alay dalam tulisannya sudah jelas merongrong keutuhan Bahasa Indonesia. Bila dalam satu kalimat ada kata-kata gue dan lo mungkin gak terlalu mengganggu sebuah makna. Tapi pada saat sebuah kalimat dan semua kata-kata yang ada dalam kalimat itu disingkat dan dibubuhi angka sebagai huruf, artinya menjadi kabur dan banyak tafsiran. Dalam Alay memang gak ada singkatan baku, kita bebas menyingkat kata sendiri dan membiarkan pembaca menafsirkannya dengan panduan kata sebelum dan sesudahnya.
Apabila kegemaran ini berlangsung lama dan makin dicintai, resmilah kita mengubur semangat sumpah pemuda berbahasa satu, bahasa Indonesia. Tidak berbeda dengan bahasa lisan artis dan pejabat kita yang mau bergaya dan sok berpendidikan dengan sisipan bahasa asing.
Menurut Ariz (2011), “Pesatnya perkembangan jumlah pengguna bahasa Alay menunjukkan semakin akrabnya genersai muda Indonesia dengan dunia teknologi terutama internet. Munculnya bahasa Alay juga menunjukkan adanya perkembangan zaman yang dinamis, karena suatu bahasa harus menyesuaikan dengan masyarakat penggunanya agar tetap eksis. Akan tetapi, munculnya bahasa Alay juga merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa Indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang. Dalam ilmu linguistik memang dikenal adanya beragam-ragam bahasa baku dan tidak baku. Bahasa baku biasanya digunakan dalam acara-acara yang kurang formal. Akan tetapi bahasa Alay merupakan bahasa gaul yang tidak mengindah.”
Melihat kasus di atas maka tampaklah bahwa keberadaan bahasa ‘alay’ sangat berpengaruh buruk terhadap eksistensi bahasa Indonesia apalagi penggunanya adalah kaum muda atau remaja yang jelas-jelas diharapkan bisa melestarikan atau membina bahasa Indonesia.
Pengaruh bahasa alay yang dinilai negatif terhadap bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: (1) Seringnya kaum muda menggunakan bahasa alay maka secara perlahan-lahan mereka akan meninggalkan bahasa Indonesia yang merupakan jiwa masyarakat Indonesia, bagian dari budaya dan juga alat pemersatu bangsa; (2) Eksotisme ‘alay’ yang telah merasuk pada pola pikir penggunanya itu menawarkan daya tarik luar biasa dibandingkan bahasa Indonesia dan daya tarik inilah yang lantas menjadi trend baru dengan label ‘gaul’ yang secara otomatis menggeser bahasa Indonesia sebagai bahasa satu seperti yang tertuang dalam sumpah pemuda tadi. Bahasa satu di sini tentunya bukan satu-satunya bahasa yang yang digunakan di Indonesia hanya saja bahasa satu ini adalah bahasa nasional; (3) Jika terlalu lelapnya kaum muda menggunakan bahasa ‘alay’ ini dalam media ponsel dan jejaring social secara psikologi akan terbawa kebiasaan itu dalam kehidupan di luar dua hal tadi. Sehingga ini akan mempengaruhi generasi muda yang lain yang belum mengerti tentang bahasa itu kecuali dari struktur seperti itu (mengikuti); (4) Pengaruh paling besar adalah pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dianggap mata pelajaran yang sangat mudah dan paling mudah sehingga pembahasan mengenai materi bagaimana struktur morfem dan kalimat serta materi menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa terkesan disepelekan karena dalam keyakinan mereka secara psikologis bahasa ‘alay’ lah yang paling bisa mewakili jiwa muda dan gaul mereka itu (pelajar).
Dari keempat poin pengaruh bahasa alay yang negatif terhadap bahasa Indonesia di atas tampak kekhawatiran yang sangat besar apabila bahasa ‘alay’ ini meluas ke segala sektor karena bisa menggeser bahasa Indonesia dari salah satu posisinya sebagai potret karakter bangsa Indonesia. Apalagi di lapangan kita sudah tahu banyak serapan bahasa asing yang dipakai oleh masyarakat Indonesia dalam keseharian.

Kesimpulan

Tata bahasa Indonesia pada saat ini sudah banyak mengalami perubahan. Masyarakat Indonesia khususnya para remaja, sudah banyak kesulitan dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya penggunaan bahasa baru yang mereka anggap sebagai kreativitas. Jika mereka tidak menggunakannya, mereka takut dibilang ketinggalan zaman atau tidak gaul. Salah satu dari penyimpangan bahasa tersebut diantaranya adalah digunakannya bahasa Alay.
Bahasa Alay secara langsung maupun tidak telah mengubah masyarakat Indonesia untuk tidak mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Keberadaan bahasa alay dianggap kaum muda sebagai alat komunikasi dalam pergaulan sehari-hari. Baik lisan maupun tulisan, bahasa ini dianggap sebagai media berekspresi. Namun, tanpa disadari, lama kelamaan bahasa alay bisa mengancam eksistensi Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan karena semakin jauh berbeda dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar, bahkan bahasa alay dapat membunuh bahasa Indonesia.

Daftar Pustaka

http://ariz-ariwibowo.blogspot.com/2011/02/dampak-buruk-bahasa-alay-terhadap_23.html, diakses(12/12/2011)
http://www.tribunnews.com/2012/09/29/bahasa-indonesia-di-mata-sby-alay-dan-saya
http://siimutee.blogspot.com/2011/12/pengaruh-bahasa-alay-terhadap.html
http://sikenarok.blogspot.com/2011/05/dampak-penggunaan-bahasa-alay.html




[1] Disampaikan untuk Lomba Debat Bahasa SeJabodetabek dan Banten, di Universitas Pakuan Bogor, tanggal 16 Oktober 2012.



ARTIKEL ILMIAH


ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI
KEMBALIKAN INDONESIA PADAKU KARYA TAUFIQ ISMAIL

Muhammad Jalalludin

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka - Jakarta

Abstract
Poetry is one of the literary work. This article analyzes the style of poetic language in order to understand the meaning of the poem, because poetry is an attempt to analyze catch and give meaning to the text of the poem. The method used in the analysis of language style is descriptive analysis. The results show that poetry Indonesia Restore Me Taufiq Ismail's work is a very interesting poem with a very creative style of language, both rhyme style sounds, styles word and sentence style and has a very evocative mandate careful readers.
Keywords: poetry, style analysis, descriptive method of analysis, message.
Abstrak
Puisi adalah salah satu karya sastra. Artikel ini menganalisis gaya bahasa puisi dengan tujuan memahami makna puisi tersebut, karena menganalisis puisi merupakan usaha menangkap dan memberi makna kepada teks puisi. Metode yang digunakan dalam analisis gaya bahasa ini adalah deskriptif analisis. Hasil menunjukkan bahwa puisi Kembalikan Indonesia Padaku karya Taufiq Ismail adalah puisi yang sangat menarik dengan gaya bahasanya yang sangat kreatif, baik dari gaya bunyi sajak, gaya kata, dan gaya kalimatnya serta memiliki amanat yang sangat menggugah hati pembacanya.
Kata Kunci: puisi, analisis gaya bahasa, metode deskriptif analisis, amanat.


Pendahuluan
Karya sastra merupakan refleksi cipta, rasa, dan karsa manusia tentang kehidupan. Refleksi cipta artinya karya sastra merupakan hasil penciptaan yang berisi keindahan. Tanpa penciptaan, karya sastra tidak mungkin ada. Karya sastra merupakan refleksi rasa dan karsa berarti bahwa karya sastra diciptakan untuk menyatakan perasaan yang di dalamnya terkandung maksud atau tujuan tertentu. Hal ini membuat karya sastra memiliki kelebihan dibandingkan dengan cabang seni lain, baik dalam bentuk maupun sarana/media yang digunakan, yaitu kata-kata atau bahasa (Suroso, 1995:14).
Sumardjo (1991:7) mengemukakan bahwa keindahan dalam sastra terjadi karena adanya keselarasan bahasa atau kata-kata yang digunakan. Dengan demikian, keindahan dalam karya sastra pada hakikatnya adalah wujud dari keselarasan perasaan dan pikiran yang dinyatakan dengan kata-kata atau bahasa yang tepat.
Puisi merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra merupakan hal-hal saling terikat dan saling bergantung.
Pada saat ini, puisi banyak diminati oleh masyarakat, baik oleh pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat pada umumnya. Akan tetapi, puisi atau sajak sukar dimengerti karena kompleksitas, pemadatan, kiasan-kiasan, dan pemikiran yang sukar. Puisi merupakan kristalisasi pengalaman, maka hanya inti masalah yang dikemukakan, untuk hal itu perlu pemadatan. Untuk pemadatan ini, puisi hanya menyatakan sesuatu hal secara implsit, sugestif, dan mempergunakan ambiguitas. Semuanya itu yang menyebabkan sukarnya pemahaman puisi.
Setelah membaca puisi karya Taufiq Ismail yang berjudul Kembalikan Indonesia Padaku maka diperlukan pendekatan lain sebagai untuk memahami puisi tersebut, selain menganalisis unsur pembangunnya. Sajak ini bagus sekali dianalisis bagi pemahaman puisi lebih lanjut. Oleh karena itu, perlu adanya kajian puisi untuk memahami puisi.
Metode
Metode yang dilakukan ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan analisis gaya bahasa. Metode deskriptif analitis digunakan untuk memecahkan masalah yang aktual, dengan mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, menggeneralisasikan serta menganalisis dan menginterpretasi-kan data (Surachmad, 1975:51).
Hal ini mencoba mengetahui gaya bahasa apa yang dipakai penyair dan memahami suatu karya dengan menyusun kembali makna-makna yang tersebar dalam karya tersebut dengan suatu cara tertentu.
Puisi yang Dianalisis
Kembalikan Indonesia Padaku
Karya: Taufiq Ismail
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 watt,
Sebagaian berwarna putih dan sebagian berwarna hitam,
Yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam,
Dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau jawa yang tenggelam
Karena seratus juta penduduknya,

Kembalikan
Indonesia
Padaku

Hari depan Indonesia adalah seratus juta orang yang main pingpong siang malam
Dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat,
Hari depan Indonesia adalah pulau jawa yang pelan-pelan tenggelam
Lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya,
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
Dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,
Sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang
Sambil main pingpong di atas pulau jawa yang tenggelam
Dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan

Kembalikan
Indonesia
Padaku

Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
Dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau jawa yang tenggelam
Karena seratus juta penduduknya,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
Sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,

Kembalikan
Indonesia
Padaku

(Paris, 1971)
Pembahasan
Analisis Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam arti umum adalah penggunaan bahasa sebagai media komunikasi secara khusus, yaitu penggunaan bahasa secara bergaya dengan tujuan untuk ekspresivitas pengucapan. Menarik perhatian atau untuk dipergunakan dalam karya sastra saja, tetapi juga dalam percakapan sehari-hari.
Sebagai karya seni yang menggunakan bahasa sebagai media, sajak tetap menggunakan bahasa yang mempunyai pengertian. Hanya saja arti yang ditimbulkan oleh kreativitas, oleh kebebasan penyair, mungkin dapat berbeda daripada arti bahasa biasa sesuai konvensi masyarakat.

Gaya Bunyi Sajak
Apabila kita mendengar pembacaan sajak maka yang ditangkap oleh telinga kita pada dasarnya adalah rentetan bunyi, yaitu bunyi suara secara artikulatif. Bunyi-bunyi itu muncul secara berganti-ganti dalam kelompok-kelompok tertentu yang membentuk kata. Walaupun bunyi membentuk kata, namun tidak setiap bunyi dapat membentuk kata. Hanya bunyi-bunyi tertentu secara konvensional yang dapat dianggap sebagai dasar bahasa kelompok masyarakat tertentu. Oleh karena bunyi itu yang tertangkap dan susunan bunyi itu pula yang menimbulkan arti, maka dapat dipastikan bahwa dasar terkecil yang membentuk sajak pada umumnya adalah bunyi.
Gaya bunyi tampak pada asonansi, aliterasi, variasi persajakan dan kombinasi bunyi yang menimbulkan orkestrasi. Semuanya itu memperjelas, menekankan arti, dan menimbulkan irama yang menyebabkan liris, melancarkan timbulnya angan, membangkitkan perasaan.
Bunyi mempunyai tenaga ekspresif, sementara nilai sebuah sajak sebagai karya sastra terletak pada kekuatan ekspresinya yang total dan kandas. Ekspresi yang penuh itu adalah ekspresi yang memanfaatkan segala potensi bahasa dengan maksimal, dan salah satu potensi itu adalah bunyi.
Dalam judul karya Taufiq Ismail yang berjudul Kembalikan Indonesia Padaku dipergunakan asonansi a yang membuat berirama dan melancarkan timbulnya angan dan suasana pengharapan.  Selain itu jika diperhatikan lagi, mempunyai kombinasi bunyi a dan i pada baris ke 1 dan ke 2.
Pada bait pertama, tampak penggunaan asonansi a hampir pada setiap kata pada baris pertama menggunakan asonansi a. Hal ini menunjukkan kemampuan Taufiq Ismail memanfaatkan bunyi secara maksimal. Terlepas dari apa yang ingin dikomunikasikan penyair, yang jelas bunyi sajak itu telah mengarahkan perhatian orang yang membaca atau mendengarkannya. Oleh karena itu, perulangan bunyi dalam sajak harus mendapat perhatian dalam upaya memahaminya. Pada baris ke empat pun kombinasi bunyi y-y-g terkesan menimbulkan imaji pada pembaca. Pada baris ke enam unsur musikalitas muncul dalam sajak secara teratur. Asonansi I dominan dengan dipadu bunyi sengau ng. Pada baris terakhir ditutup perpaduan asonansi a dan r secara berurutan. Pada baris 5 sampai 8 terdapat persamaan bunyi akhir yang berulang secara terpola. Pada bait ini terdapat anafora sebanyak 4 kali untuk kalimat kembalikan Indonesia padaku. Anafora adalah pengulangan bunyi, kata, atau struktur sintaksis pada larik-larik atau kalimat-kalimat yang berurutan untuk memperoleh efek tertentu.
Pada bait ke dua, karena tidak banyak barisnya maka yang paling dominan asonansi a, sama seperti judul puisi.
Pada bait ke tiga. Pada awal baris terdapat perpaduan kombinasi asonansi a dan i . Bunyi I menyebabkan irama yang terkesan rapi dan indah yang berada di ujung baris. Pada baris ke tiga terdapat perpaduan yang indah antara bunyi a dan e. Bunyi e ini menimbulkan kesan yang sangat mendalam di ujung baris karena menyimpan makna yang mendalam. Asonansi a dan I secara keseluruhan terjadi secara kombinasi antara bunyi yang satu dengan yang lain. Pada baris ke satu, tujuh, dan delapan terdapat asonansi i yang cukup signifikan. Irama pada bait ke dua ini lebih banyak daripada bait pertama. Yang dimaksud dengan irama adalah semua yang mempunyai gerakan, semua yang mempunyai bunyi, atau segala sesuatu yang mampu menimbulkan gerakan dalam sukma manusia dapat disebut irama.
Bait ke empat sama dengan bait ke dua mempunyai kombinasi bunyi a dan i pada baris ke 1 dan ke 2.
Bait ke lima, irama yang hampir sama dengan bait ke 2 pada baris pertama yaitu, lebih banyak menimbulkan perpaduan antara bunyi a dan i. pada baris 1 sampai 4 terdapat persamaan rima m-a-m-a.
Bait ke enam, mempunyai kombinasi bunyi a dan i pada baris ke 1 dan ke 2.
Gaya Kata
Pemilihan kata sangat berpengaruh di dalam keindahan dan kebermaknaan sebuah puisi. Dalam sajak ini tampak pemilihan kata yang disesuaikan dengan bunyinya. Walupun tidak terlalu banyak. Kondisi seperti itulah yang membuat sajak ini tampak lebih ekspresif. Fungsi estetikanya pun begitu kental. Menurut Jacobson (via sedeok, 1978: 358)  dalam pradopo (1995: 110)  bahwa fungsi puitik itu memproyeksikan prinsip ekuivalensi dari poros pemilihan ke poros kombinasi. Semua itu tampak dalam kombinasi “ratus juta mulut”. “angsa-angsa berenang-renang di atasnya”.
Setelah melakukan berbagai pembacaan pada puisi Kembalikan Indonesia Padaku maka dalam hal diksi yang paling menonjol adalah pemakaian metafora yang sugestif, merupakan ucapan yang tidak langsung sesuai dengan konvensi puisi yang telah dibicarakan. Ketidaklangsungan puisi itu justru menimbulkan kesegaran daya pembangkit imajinasi pembaca, seperti “hari depan Indonesia”, “dua ratus juta mulut yang menganga”, “pertandingan pingpong siang malam”.
Gaya kalimat
Gaya kalimat di dalam teks puisi ini secara keseluruhan kebanyakan berupa gaya metafora. Hari depan Indonesia dengan bola-bola lampu 15 wat, bola seperti telur angsa. Metafora yang begitu hidup hampir di setiap baitnya. Gaya membuat imaji penglihatan baik mata dan mata batin seseorang dapat merasakan apa yang penyair rasakan. Mengetahui apa yang penyair ketahui. Selain itu juga terdapat, gaya sinekdoke pars pro toto yaitu ungkapan yang menggunakan sebagian untuk menyatakan keseluruhan. Seperti kalimat kembalikan Indonesia padaku.
Hubungan Struktural Antarunsur dan Keseluruhannya
Puisi Taufiq Ismail Kembalikan Indonesia Padaku menggambarkan sebuah permintaan, sebuah kritikan berdasarkan fenomena yang ada. Kembalikan kebebasan berkreativitas kepada setiap orang di dalam menjalankan profesinya. Apa fenomena yang terjadi, maka jawabannya adalah ketika dua ratus juta mulut yang menganga di Indonesia semakin banyak. Ketika sudah banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan gagasan. Ketika potensi orang sudah tenggelam, kreativitas tidak di hargai maka “hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat” menggambarkan sebuah bayangan suram tentang masa depan Indonesia di kemudian hari. Hal ini tentu berhubungan dengan baris sebelumnya, ketika mulut orang menganga, kreativitas tidak dihargai maka sama saja memadamkan masa depan Indonseia yang cerah. Bukankah kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh para pemudanya, para generasi bangsa yang produktif, pada orang-orang yang memiliki kreativitas.
Akhirnya dari sebab akibat itu semua maka pulau Jawa akan tenggelam. Ini merupakan sebuah kesatuan utuh mengenai makna unsur-unsur sajak. Koherensi keseluruhan baris sangat tampak pada bait pertama. Setelah mengungkapkan gagasannya maka penyair melakukan penekanan, kembalikan Indonesia padaku.
Pada bait ke 3 pun terjadi pertalian yang sangat erat antar unsur-unsurnya. Ketika satu juta orang main pingpong siang malam di bawah sinar lampu 15 wat maka pulau Jawa akan pelan-pelan tenggelam. Maka dari itu semua ini menandakan penyair tidak sembarangan di dalam membuat puisi ini. Dengan pertalian makna antarunsur itu semakin membuat puisi ini menjadi sangat menarik.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa dan interpretasi setelah melakukan pembacaan pada puisi Kembalikan Indonesia Padaku karya Taufiq Ismail, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan puisi ini penyair tidak sembarangan dalam membuatnya. Gaya bahasa yang dipakai dalam puisi ini menunjukkan daya kreativitas yang tinggi dari penyairnya. Dalam gaya bunyi sajak, puisi ini sangat ekspresif. Dalam gaya kata, diksi yang paling menonjol adalah pemakaian metafora sugestif. Dan dalam gaya kalimat, secara keseluruhan kebanyakan berupa gaya metafora. Dengan gaya pengungkapan semacam ini, puisi Kembalikan Indonesia Padaku menjadi sangat menarik dan memberikan kebermaknaan yang dapat menjadi renungan oleh pembacanya.
Saran
Dalam mengkaji gaya bahasa sebuah karya sastra maka hendaknya para pengkaji lebih teliti di dalam mengkaji gaya bunyi sajak, gaya kata dan gaya kalimat. Mengkaji secara mendetail dirasa lebih baik dalam rangka mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Selain itu, buatlah suatu hubungan struktural antarunsur dan keseluruhan agar hasil kajiannya mendapatkan hasil yang koheran antara puisi dan pemaknaannya.
Daftar Rujukan
Esten, Mursal. 1995. Memahami Puisi. Bandung: Angkasa.
Ismail, Taufiq. 1975. Sajak Ladang Jagung. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sayuti, A Suminto. 2005. Taufiq Ismail: Karya dan Dunianya. Jakarta: PT Grasindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar