Sabtu, 08 Februari 2014

KUMPULAN PUISI RINDU

KUMPULAN PUISI
: kepada Rinduan




RINDU MALAM
: kepada Rinduan

Jerit malam ini
membangunkan singa dalam gundahku
tak pasti
tapi inilah nyatanya
rasanya terkurung dalam jeruji besi
yang digenggam jemarijemari hatimu
yang membisikkanku tentang rindu
disaat kau jatuhkan perasaanperasaan itu
aku hanya memungutnya
sambil menghirup wangi nafasmu yang masih membekas
di jalanjalan yang kau lalui

Jakarta, 25 Februari 2012


AKU INGIN KAU TAHU
: kepada Rinduan

Aku ingin kau tahu
dalam ukiran wajahmu selalu terpancar pelangi
bak cahaya surgawi
dalam hatimu selalu terajut wewangi
bagai aroma kasturi
dan itulah yang membuat cinta berkembang
di telaga hatiku ini

Aku ingin kau tahu
cintaku dan cintamu
seperti batu yang sulit untuk dipecahkan
seperti angin yang selalu berhembus di sela-sela
jemari rindu
seperti air yang mengalir dalam
batas ruang dan waktu
karena itulah aku mencintaimu dengan
apa adanya dirimu

Yogyakarta, 12 Maret 2012


PESAN RINDU
: kepada Rinduan

Malam menusuk hingga tulang rindu
Menepis segala risau dalam ranting bulan
Awan kelabu mengukir sempurna wajahmu
Bintang menari-nari mengobati pilu hatiku

Kau kembali tumpah ruah dalam lambung kenangan
Sadar dan kusadar kau hanya bayang penuh misteri
Menerbangkan dedaunan gelisah dalam jalanjalan kerinduan ini
Terasa seperti samudera tanpa batas yang memisahkan kita
Tetapi butiranbutiran rindu ini tercecer dan mengkristal di jalanjalan yang kulalui

Saat ini rindu membisik dingin dalam gelapnya hari
Kuharap malam menyampaikan pesan ini
Sebelum kumembeku dan mati

Yogyakarta, 12 Maret 2012


HUJAN HARI INI
: kepada Rinduan

Walau tumpahan detik telah lalu bersama redah hujan,
namun memoriku tak berhenti memikirkanmu…
Kita berdua melawati jalan-jalan
bersama hujan yang menaut pada baju yang kita kenakan
Bukan gigil karena kuyup kusekarang,
tetapi karena rindu yang mengulang kenangan,
Itulah sebermula cinta dikuatkan!

Jakarta, 7 November 2012


RINDU DI JEMARI HATI
: kepada Rinduan

Dalam lamunan
Aku melukis sepi
Tiada deru
Tetapi rindu selalu ingin bergemuruh…
Aku hanya termangu
membayangkan ronarona wajahmu menarinari dalam sepi
Dan lagilagi
Kau hanya menjadi rindu di jemari hati…

Jakarta, 9 November 2012


SAJAK MALAM
: kepada Rinduan

Malam terus saja menenggelamkanku pada kegelisahan,
Mematikanku pada kelam kerinduan,
Harapan bagai kuku-kuku tajam menggores pipi hati,
Hah, lelah sekali…
Entah sampai kapan kuberhenti menikmati sepi?

Jakarta, 10 November 2012


RINDU DIPELUKAN SENJA
: kepada Rinduan

Disaat dedaun bertasbih
langit memerah temaram
aku terbaring berselimut debu
beralas rerumput di hamparan senja

Rindu begitu mengoyak tepin hatiku
jantung sesekali bercuap resah tanpa detak
siluet wajahmu teruntai pada gemawan awan
terpautlah segala rindu dan kenangan

Gemuruh suara pada tiap rumah Tuhan
pertanda kuharus segera berhenti menikmati sepi
dan di sini
aku merasakan arti rindu
ialah
bila sepi menyapa dan kau jauh dariku,
tetapi begitu dekat dari ingatanku

Semakin terasa kini
rindu dipelukan senja
memanjakanku merasa selaksa rindu pada keheningan

Surabaya, 15 November 2012


LUKISAN RINDU
: kepada Rinduan

Malam terus menyerbakkan bau rindu
pisau sunyi menikam kelam
seketika aku pun terkena tikamnya
hinggaku tak kuasa membendung rinduku
padamu
yang tertumpah di sini
tumpahan rinduku terus membulir pada
lantai kamar
menguntaikan segala rasa dan
memutar kembali setiap kenangan
aku pun terus larung menikmati kerinduan

Tanpa kusadari tumpahan rindu telah menguap
dan dijadikan Tuhan tinta
pada lukisan indah-Nya
dengan hiasan bintang pada tepiannya
mempercantik hasil lukisan
yang menjadikannya penawar
ialah wajahmu
ya wajahmu yang telah Tuhan lukis
di kanvas langit malam ini

Surabaya, 17 November 2012


MENANTI RINDU
: kepada Rinduan

Peron menjadi tempatku
menanti rindu
rindu pepada kenangan bersama
yang telah lama tak kurasa
memetik buah ketidaksabaranku
dalam lamunan,
tetapi sesaat senyum berlabuh terukir
ketika memori terputar

Aku ingin menulis semua kenangan ini
sebelum menjadi rindu dikemudian hari
karena esok adalah misteri
hari ini adalah kisah yang terguris
dan kemarin adalah buah rerindu yang manis
ketika hari ini
atau esok kucicipi rasanya

Peron Ps. Turi -  Surabaya, 19 November 2012


SEBUAH RENUNGAN
: kepada Rinduan

Sepotong bulan masih menempel pada langit pagi
Tanda alam telah membuka hari pada untaian baru
Aku terhanyut oleh tiap alunan dedaun pada reranting
yang sesekali meneteskan embun
Seperti hidup yang tiada pernah terbaca,
Kadang ada tangis yang harus menetes,
tetapi dzikir harus tetap terucap
Terimakasih Tuhan telah mengirimnya pada hidupku
karena tiap kenangan tentangnya
adalah secangkir semangat pada diri
untuk memulai hari tanpa kata menyerah dan berhenti
karena hidup adalah buah kebermaknaan yang berjalan pada rutenya
dan berakhir pada perhentiannya….***

Jakarta, 9 Desember 2012


LAZUARDI
: kepada Rinduan

Lazuardi bak kepingan surga yang tercecer pada langit
Sesering mendengkur kerinduan
Padahal baru saja lelap membawaku,
tetapi sore menepuk dan membuatku terjaga
Ternyata takhta Tuhan tersirat di sini,
Tempat di mana aku mengeja kehidupan dan melafalkan napas,
Sembari menapaki jejak pada rute-rute yang telah tertulis
Bagiku, Tuhan tak perlu lagi bersajak,
karena semua itu telah tampak mengekalkan kuasa-Nya.

Wonogiri, 27 Juli 2013


KEMARIN, DISUATU SORE
: kepada Rinduan

Masih saja terbayang
kemarin,
suatu sore yang tergelarnya cerita bersamamu
dan kini hanya tinggal aku sendiri yang
tenggelam dalam derita rindu,
mencoba mengumpulkan serpihan,
hingga kubentuk juga
kau yang kurindukan
Aduhai…
sedap sedan kurasa
lamunku bertemu kau lagi
disuatu sore yang lain
dan seketika sadar pula,
bahwa aku
masih mencintaimu
sampai saat ini

Jakarta, 1 Januari 2014


KAMAR
: kepada Rinduan

Langit-langit bisu saja,
padahal rinduku rasanya sudah menembus sampai keluar menemui tuannya
kamar ini juga tetap saja persegi
tak ada ubahnya,
seperti rinduku yang tak ubahnya padamu
kasur dan alasnya, gordeng dan gantungannya, setumpuk baju dalam lemarinya,
tembok-coak dan di antara tepian ada yang sedikitsedikit kehilangan catnya
semua diam saja,
kusut juga dalam pikiranku, kusut juga kurasai dalam hatiku,
tak ada yang berubah,
tak ada yang bergerak,
biar mereka hidup pun
mereka takkan peduli
karena hanya satu yang tak berhenti,
hanya jarum jam pada jamnya dan pada dindingnya
ya begitu juga aku, dari kesemuanya
hanya hati ini yang terus pada langkahnya,
mencari dan kucari juga cara melepas rindu

Kamar Depan, 5 Januari 2014


NELANGSA
: kepada Rinduan

Gelap alap kurasa,
ternyana angin diamdiam berbisik:
"Di mana rinduan?"
Jarum arlojiku berjalan juga tanpa henti,
tapi kemana jawaban tiada bertemu

Awan tudung di atasku,
daundaun jatuh kuyu
dibawanya juga kabar:
"Tak ada lagi rinduan!"
Jarum Arlojiku juga tak peduli, tetap berjalan
dan aku juga belum menemu

nelangsalah
nelangsalah
nelangsalah
sekemudian ada pekik hati,
sepenuhnya ringis,
sepenuhnya tangis,
tanpa kusadari lagi, arlojiku
tetap pada rutenya,
tetap pada detaknya, berjalan
hingga ada yang dilahirkan alam:
pagi pun membawa kenelangsaanku....

Jakarta, 5 Januari 2014

Senin, 03 Februari 2014

NASKAH DRAMA : AJI SAKA

AJI SAKA
Teater SIM C


TOKOH:
AJI SAKA
DEWATA CENGKAR
DORA
SEMBADA
PATIH JUGUL MUDA
KORBAN 1
KORBAN 2
RAKYAT 1
RAKYAT 2
RAKYAT 3
RAKYAT 4
RAKYAT 5
PERAMPOK 1
PERAMPOK 2
BAPAK TUA
SETAN PENUNGGU HUTAN
DAYANG ISTANA 1
DAYANG ISTANA 2
PENARI

SINOPSIS

Dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan yang dipimpin oleh raja bernama Prabu Dewata Cengkar yang buas dan suka makan manusia. Setiap hari sang raja memakan seorang manusia yang dibawa oleh Patih Jugul Muda. Sebagian kecil dari rakyat yang resah dan ketakutan mengungsi secara diam-diam ke daerah lain.
Di desa Medang Kawit ada seorang pemuda bernama Aji Saka yang sakti, rajin dan baik hati. Suatu hari, bertemulah Aji Saka dengan rakyat-rakyat yang telah sampai di desa Medang Kawit. Aji Saka pun mendengar cerita tentang kebuasan Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka berniat menolong rakyat Medang Kamulan.
Sebelum berangkat Aji Saka memberikan amanah kepada dua abdinya, yaitu Dora dan Sembada. Dora diminta untuk pergi terlebih dahulu ke desa Medang Kamulang untuk mengamankan warga desa Medang Kamulang yang masih belum mau mengungsi. Sedangkan Sembada diminta untuk menjaga desa Medang Kawit dan menjaga keris pusaka Aji Saka serta memberikan pesan bahwa Sembada harus tetap menjaga keris pusakanya sampai Aji Saka sendiri yang mengambilnya.
Akhirnya, Dengan mengenakan serban di kepala Aji Saka berangkat ke Medang Kamulan. Perjalanan menuju Medang Kamulan tidaklah mulus, Aji Saka bertemu dengan dua orang perampok yang sedang memukuli seorang bapak tua dan Aji Saka pun segera menolongnya, ternyata bapak tua itupun pengungsi dari desa Medang Kamulang. Setelah itu, Aji Saka pun sempat bertempur selama tujuh hari tujuh malam dengan setan penunggu hutan, karena Aji Saka menolak dijadikan budak oleh setan penunggu selama sepuluh tahun sebelum diperbolehkan melewati hutan itu, tetapi berkat kesaktiannya, Aji Saka berhasil mengelak dari serangan si setan. Sesaat setelah Aji Saka berdoa, seberkas sinar kuning menyorot dari langit menghantam setan penghuni hutan sekaligus melenyapkannya.
Aji Saka tiba di Medang Kamulan yang sepi. Di istana, Prabu Dewata Cengkar sedang murka karena Patih Jugul Muda tidak membawa korban untuk sang Prabu. Dengan berani, Aji Saka menghadap Prabu Dewata Cengkar dan menyerahkan diri untuk disantap oleh sang Prabu dengan imbalan tanah seluas serban yang digunakannya.
Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji Saka, serban terus memanjang sehingga luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata Cengkar. Prabu marah setelah mengetahui niat Aji Saka sesungguhnya adalah untuk mengakhiri kedzalimannya. Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang marah, serban Aji Saka melilit kuat di tubuh sang Prabu. Tubuh Prabu Dewata Cengkar dilempar Aji Saka jauh dan lenyap.
Mengetahui kabar tersebut, seluruh rakyat Medang Kamulan kembali dari tempat pengungsian mereka. Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi Raja Medang Kamulan menggantikan Prabu Dewata Cengkar dengan gelar Prabu Anom Aji Saka. Ia memimpin Kerajaan Medang Kamulan dengan arif dan bijaksana, sehingga keadaan seluruh rakyatnya pun kembali hidup tenang, aman, makmur, dan sentausa. 
Setelah beberapa hari, Ajisaka menyuruh Dora pergi ke desa Medang Kawit untuk mengambil keris pusaka yang dijaga oleh Sembada. Setelah berhari-hari berjalan, sampailah Dora di desa Medang Kawit. Ketika kedua sahabat tersebut bertemu, mereka saling rangkul untuk melepas rasa rindu. Setelah itu, Dora pun menyampaikan maksud kedatangannya kepada Sembada.
Sembada yang patuh pada pesan Ajisaka tidak memberikan keris pusaka itu ke Dora. Dora tetap memaksa agar pusaka itu segera diserahkan. Akhirnya keduanya bertarung tanpa ada yang mau mengalah. Mereka bersikeras mempertahankan tanggung jawab masing-masing dari Aji Saka. Mereka bertekad lebih baik mati daripada mengkhianati perintah tuannya. Akhirnya, terjadilah pertarungan sengit antara kedua orang bersahabat tersebut. Namun karena mereka memiliki ilmu yang sama kuat dan tangguhnya, sehingga mereka pun mati bersama.
Sementara itu, Aji Saka Sudah mulai gelisah menunggu kedantangan Dora dari desa Medang Kawit. sudah dua hari Aji Saka menunggu, namun Dora tak kunjung tiba. Akhirnya, ia memutuskan untuk menyusul ke desa Medang Kawit. Betapa terkejutnya ia saat tiba di sana. Ia mendapati kedua abdi setianya Dora dan Sembada telah tewas. Mereka tewas karena ingin membuktikan kesetiaannya kepada tuan mereka. Untuk mengenang kesetiaan kedua abdianya tersebut, Aji Saka menciptakan aksara Jawa (dhentawyanjana) yang berbunyi:
ha na ca ra ka (Ada utusan)
da ta sa wa la (Sama-sama menjaga pendapat)
pa dha ja ya nya (Sama-sama sakti)
ma ga ba tha nga (Sama-sama mejadi mayat)



BABAK I
ADEGAN I
DISEBUAH KERAJAAN BERNAMA MEDANG KAMULAN, ADA TIGA PENARI SEDANG MENARI DIHADAPAN SEORANG RAJA YANG SANGAT BUAS DAN SUKA MEMAKAN MANUSIA. SETIAP HARI SANG RAJA MEMAKAN SEORANG MANUSIA YANG DIBAWA OLEH PATIH JUGUL MUDA. SETELAH PENARI SELESAI MENARI, MEREKA PUN KELUAR.
DEWATA CENGKAR
“Hahaha…. Bagaimana menurutmu patih, penari-penariku itu?”
PATIH JUGUL MUDA
“Sungguh menawan dan menghibur! Cantik-cantik, Prabu! Hahaha….”
DEWATA CENGKAR
“Dengan harta dan kekuasaanku, aku bisa mengoleksi perempuan-perempuan manapun yang ada di desa Medang Kamulan ini! Hahaha….”
PATIH JUGUL MUDA
“Betul Prabu! Mana ada perempuan yang tak takluk padamu. Kau seorang raja, hartamu melimpah, tentulah semua perempuan ingin dimiliki olehmu”
DEWATA CENGKAR
(TERTAWA SINIS) “Oh, ya Patih! Apakah kau sudah menyiapkan makan malam untukku?”
PATIH JUGUL MUDA
“Sudah Prabu Dewata Cengkar! Aku sudah mendapatkan korban untukmu”
DEWATA CENGKAR
“Hahaha…. Bagus, bagus! Tapi kau tidak menyiapkan korban yang seperti daging kadaluarsa kan? Seperti kemarin kau membawakan daging alot untukku, daging apakah itu Patih?”
PATIH JUGUL MUDA
“Maaf Prabu, Sebenarnya itu daging nenek-nenek”
DEWATA CENGKAR
“Hah! Nenek-nenek mana yang kau ambil?”
PATIH JUGUL MUDA
“Dia kuambil di rumahnya, di sebelah timur kerajaan kita”
DEWATA CENGKAR
“Apa! Bukankah itu nenekmu Patih!” (KAGET)
PATIH JUGUL MUDA
“Betul Prabu! Tetapi dia hanya nenek angkatku, aku sudah tak sanggup dengan tingkahnya. Dia terlalu cerewet dan sangat genit padaku karena aku tahu, sampai usia tuanya dia juga belum pernah menikah. Dia perawan tua Prabu!”
DEWATA CENGKAR
“Kau gila Patih! Tapi tidak apalah, ternyata lezat juga dagingnya. Hahaha…”
PATIH JUGUL MUDA
“Tapi sekarang Prabu, aku sudah mendapatkan korban yang lebih segar dan lezat untukmu!”
DEWATA CENGKAR
“Benarkah itu Patih?”
PATIH JUGUL MUDA
“Benar Prabu! Korbanmu nanti adalah seorang kembang desa di Medang Kamulan. Sepertinya dia rasa jeruk!” (DENGAN NADA BERCANDA)
DEWATA CENGKAR
“Walah! Darimana kau tahu kalau dia rasa jeruk?” (BERCANDA)
PATIH JUGUL MUDA
“Hahaha…. Aku telah mencicipinya Prabu!”
DEWATA CENGKAR
“Wah! Kau mendahuluiku Patih!”
PATIH JUGUL MUDA
“Maaf Prabu! Habisnya aku tak tahan melihatnya”
DEWATA CENGKAR
“Ahhhh… ya sudah! Cepatlah kau bawa kehadapanku!”
PATIH JUGUL MUDA
“Baiklah Prabu!”
KELUAR MENGAMBIL SEORANG KORBAN PEREMPUAN DAN MEMBAWANYA KE HADAPAN DEWATA CENGKAR
KORBAN 1
“Tolong Patih Jugul Muda, jangan bawa aku pada Prabu Dewata Cengkar” (MENANGIS)
PATIH JUGUL MUDA
“Diam kau! Kau akan menjadi santapan Prabu Dewata Cengkar malam ini. Hahaha”
KORBAN 1
“Kau kejam patih! Lepaskan aku! “(BERTERIAK DAN MELAWAN)
PATIH JUGUL MUDA
“Jangan banyak bicara!” (MENAMPAR KORBAN 1)
PATIH JUGUL MUDA PUN SUDAH BERHADAPAN DENGAN DEWATA CENGKAR DENGAN MEMBAWA KORBAN.
PATIH JUGUL MUDA
“Tuan Prabu, Inilah makan malammu!” MELEMPAR KORBAN 1 HINGGA TERJATUH
DEWATA CENGKAR
“Hahaha… bagus Patih! Cepat kau hidangkan untukku. Aku sudah tak sabar ingin menyantapnya”
PATIH JUGUL MUDA
“Baik Prabu!” KELUAR DAN MEMBAWA KORBAN UNTUK MENGHIDANGKANNYA
 ADEGAN II
RAKYAT MEDANG KAMULAN DIRUNDUNG RASA TAKUT, DENGAN KEGEMARAN SANG PRABU DEWATA CENGKAR MEMAKAN DAGING MANUSIA. SEHINGGA RAKYAT MEDANG KAMULAN BERBONDONG-BONDONG MENGUNGSI KE DAERAH LAIN.    
RAKYAT 1
Akhirnya kita sampai juga disini!” (NAFASNYA TERENGAH-ENGAH)
RAKYAT 2
Menurutku, untuk sementara tempat ini aman dari kejaran Patih Jugul Muda” (MENGELUARKAN PENDAPATNYA)
RAKYAT 3
Tapi bagaimana kalau Patih Jugul Muda itu tahu keberadaan kita? Binasalah kita jika tertangkap oleh Patih Jugul Muda itu (KHAWATIR)
RAKYAT 2
Tenang! Desa ini sepertinya aman (MEYAKINKAN)
RAKYAT 3
Darimana kau yakin bahwa tempat ini aman?” (TIDAK PERCAYA)
RAKYAT 2
Karena jarak dari medang Kamulan sampai ke desa ini sangat jauh, jadi mustahil Patih Jugul Muda mencari kita sampai ke tempat ini” (MENJELASKAN)
RAKYAT 3
“Kalau sampai kita tertangkap dengan Patih Jugul Muda itu, mau tidak mau ada salah satu di antara kita yang menjadi korbannya. Siapa yang mau jadi korban?”
RAKYAT 1
“Ya pasti si Gembullah, saat patih jugul muda menemukan kita, tatapannya tentulah akan mengarah padamu” (MENOLEH KEARAH RAKYAT 2)
RAKYAT 3
“Betul itu, badanmu kan bohai mbul!”
RAKYAT 2
“O… tidak bisa! Wani piro? Biar bohai-bohai gini dagingku yang paling alot. Mungkin butuh tujuh hari tujuh malam untuk merebusnya. Iya kan?”
RAKYAT 1
“Tidak usah direbus tujuh hari tujuh malam juga bisa mbul, rendam saja pake borak!” (TERTAWA MELEDEK)
RAKYAT 2
“Waduh niat juga ya kalian mau memberikan aku pada Patih Jugul Muda itu! Sungguh teganya…”
RAKYAT 3
Jangan ngambek begitu dong mbul, ini kan masih seandainya! Toh kalaupun kamu duluan yang tertangkap, sebagai teman aku hanya bisa bantu doa. Bukan begitu? Hehehe (TERTAWA MELEDEK)
RAKYAT 2
Yah itu mah sama saja! Sekalian saja kalian kuliti aku, lalu kalian sate dan kalian makan berdua! Huh! (MURUNG)
RAKYAT 1
Hustt… Sudah-sudah, saat ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda! sekarang kita pikirkan saja nasib kita ke depan. Mau tinggal di mana kita? Sedangkan desa ini asing bagi kita dan kita sendiri tak mengenal orang-orang di daerah ini.
RAKYAT 3
Emm…Benar ucapanmu!
RAKYAT 2
Sebentar, sebentar... (MENGINAT-INGAT) sepertinya dulu aku pernah mendengar bahwa di desa Medang Kawit ada seorang kesatria yang sakti dan baik hati. Bagaimana kalau kita meminta bantuannya?
RAKYAT 3
Bisa saja! Kau tau keberadaan kesatria itu? Oh, iya. Kira-kira dia tampan tidak ya? (TERSENYUM-SENYUM MEMBAYANGKAN)
RAKYAT 1
Ah kamu ini kalau masalah kasatria tampan, baru semangat. (JUTEK)
RAKYAT 2
Iya, kamu tuh ya, genit-genit-geniiit banget! Giliran korban saja aku yang diajukan.
RAKYAT 3
Iya… iya aku salah! Tapi siapa tau kan kesatria itu tampan, lalu ketika bertemu dengan ku dia jatuh cinta. Jadi, aku tidak jomblo lagi kan. Hehehe. (TERTAWA RIANG)
RAKYAT 2
Huh… ngayal jangan tinggi-tinggi, nanti jatuh sakit loh!
RAKYAT 3
Bilang saja kalian tidak suka kan melihat teman kalian bahagia. Payah! (MEMBUANG MUKA)
RAKYAT 2
Ya sudah sekarang kita cari saja kesatria itu! Nanti keburu malam, kan repot!
RAKYAT 3
Tunggu, apa tidak sebaiknya kita beristirahat dulu.
RAKYAT 1
Ya ampun, masa baru begitu saja kamu sudah cape. Malu dong sama gembul! (MEREKA MENGHENTIKAN LANGKAHNYA SAMBIL MENOLEH KE KANAN-KIRI) Lihat! Di sana ada pendopo. Kalau begitu kita beristirahat dulu saja di sana!
RAKYAT 2
Okelah kalau begitu! (MEREKA PUN BERGEGAS MENUJU PENDOPO)
KEMUDIAN DATANGLAH SEORANG KESATRIA BERNAMA AJI SAKA. DIA SEORANG PEMUDA YANG TAMPAN, BAIK DAN MEMILIKI ILMU YANG SANGAT SAKTI. AJI SAKA MEMILIKI DUA ORANG ABDI BERNAMA DORA DAN SEMBADA.
DORA
(MENGHENTIKAN LANGKAHNYA) Tuan, Lihat pendopo tempat kita latihan. Mengapa banyak orang?
SEMBADA
Benar tuan, apakah tuan mengenal mereka?
AJI SAKA
(MELIHAT KEARAH SAUNG) Entahlah, aku tak mengenal mereka.
DORA
Apa mungkin mereka dari desa seberang?
SEMBADA
Bukan, sepertinya mereka itu pengembara yang sedang beristirahat di pendopo kita karena keletihan, lihat saja wajah mereka yang tampak lelah.
DORA
Tidak! Aku yakin mereka pasti dari desa seberang.
SEMBADA
Ahh, kau itu sok tahu! Kalau memang mereka dari desa seberang, buat apa mereka kemari?
DORA
Mana aku tahu!
AJI SAKA
Daripada kalian menduga-duga, lebih baik kita hampiri saja mereka! (AJI SAKA, DORA DAN SEMBADA MENGHAMPIRI RAKYAT-RAKYAT)
AJI SAKA
Maaf , kalau boleh tahkalian ini darimana? Ada maksud apa hendak ke sini?
RAKYAT 2
Kami ini dari kerajaan Medang Kamulan, ingin mencari tempat baru di desa ini.
AJI SAKA
Memangnya ada apa dengan kerajaan Medang Kamulan?
RAKYAT 3
Di sana pemimpin kami Prabu Dewata Cengkar gemar memakan manusia dan kami akan dijadikan korban berikutnya. Maka dari itu kami pindah ke desa ini untuk menghindar dari Patih Jugul Muda yang mencarikan korban untuk santapan Prabu Dewata Cengkar.
AJI SAKA
Jadi isu itu benar! Kejam sekali Prabu Dewata Cengkar itu, perilakunya sudah tak layak dibiarkan.
RAKYAT 1
Iya begitulah raja kami di desa Medang Kamulan. Oh ya, Anak muda! boleh kami bertanya?
AJI SAKA
Boleh, silakan!
RAKYAT 1
Begini, kami dengar di desa Medang Kawit ada seorang kesatria yang sakti dan baik hati bernama Aji Saka, Apakah anak muda mengenalnya?
RAKYAT 3
Oh iya. Boleh juga kan aku bertanya. Apakah kesatria yang bernama Aji Saka itu tampan? (MENUTUP MUKANYA KARENA MALU)
AJI SAKA
(DIAM DAN BERJALAN KE SAMPING KIRI)
DORA
Memangnya ada perlu apa kalian mencari Aji Saka?
RAKYAT 2
Kami ingin meminta batuannya untuk melawan Prabu Dewata Cengkar.
RAKYAT 3
Iya benar, kami ingin meminta bantuannya, sekaligus memintanya menjadi suamiku. (TERSENYUM-SENYUM GENIT)
RAKYAT 2
Husst. Ngaco saja kamu! Maaf janganlah ditanggapi ucapan teman kami ini.
SEMBADA
Inilah adalah Aji Saka. Sudah berada di hadapan kalian. (MENUNJUK KE ARAH AJI SAKA)
SEMUA RAKYAT
(MEMBERI HORMAT) Jadi tuan ini Aji Saka. Maaf kami telah lancang.
AJI SAKA
Sudahlah kalian jangan seperti itu. Kita ini sama-sama manusia biasa. Aku memang Aji Saka. Sekarang kalian beristirahatlah dulu di sini. Aku berjanji akan membantu kalian. Aku akan datang ke desa Medang Kamulang dan membunuh Prabu Dewata Cengkar untuk mengakhiri kedzalimannya.
RAKYAT 1
Terima kasih tuan Aji Saka. Kami percaya bahwa tuan pasti bisa menepati janji.
RAKYAT 2
Benar, kami pun percaya bahwa tuan bisa membunuh Prabu Dewata Cengkar agar kami bisa hidup kembali di Desa Medang Kamulan dengan aman dan sentausa.
AJI SAKA
Baiklah. Aku akan mengusahakannya. Kalian doakan saja.
Dora, Sembada ayo ikut aku!
DORA DAN SEMBADA
Baik tuan! (DORA DAN SEMBADA PUN PERGI MENGIKUTI AJI SAKA)
AJI SAKA
(MERANGKUL DORA DAN SEMBADA) Dora, Sembada, aku mempunyai amanah untuk kalian.
DORA
Amanah apa yang hendak tuan berikan kepada kami?
AJI SAKA
Dora, tolong kau datang ke desa Medang Kamulan sekarang. Pantau keadaan di sana dan bantu masyarakat untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Setelah itu, temui aku di sana!
DORA
Baik tuan, akan aku laksanakan! (BERGEGAS PERGI)
AJI SAKA
Untukmu Sembada, tolong kau jaga desa Medang Kawit beserta masyarakatnya dan para pengungsi yang datang. Aku titipkan juga keris pusaka milikiku padamu, jangan sampai ada yang mengambilnya kecuali aku sendiri yang datang untuk mengambilnya. (MENGELUARKAN KERIS DAN MEMBERIKANYA KEPADA SEMBADA)
SEMBADA
Baik tuan, aku akan menjaga amanah darimu walaupun nyawa taruhannya. (MENERIMA KERIS PUSAKA DARI AJI SAKA)
AJI SAKA
Aku percaya padamu Sembada! (PERGI)
ADEGAN III
ADA SEORANG PEREMPUAN YANG SEDANG MENCARI KAYU DIPINGGIR HUTAN. PATIH JUGUL MUDA YANG SEDANG MENCARI KORBAN UNTUK SANTAPAN PRABU DEWATA CENGKAR AKHIRNYA MENCOBA MENANGKAP PEREMPUAN  ITU.
KORBAN 2
Huh, lelah sekali! Kalau bukan karena kebutuhanku untuk memasak. Aku tak akan keluar rumah dan mencari kayu dipinggir hutan seperti ini. Apalagi semenjak Prabu Dewata Cengkar menjadi buas dan suka memakan manusia. Seluruh masyarakat dirundung ketakutan, banyak yang mengungsi dan tak mau keluar rumah. Mudah-mudahan saja aku tak tertangkap Patih Jugul Muda, lalu dijadikannya santapan untuk Dewata cengkar. Sepertinya aku harus buru-buru.
PATIH JUGUL MUDA
(MASUK, MELIHAT-LIHAT SEKITAR) Desa Medang Kamulang semakin hari semakin sepi saja. Sepertinya masyarakat desa ini sudah banyak yang mengungsi karena ketakutan mereka akan disantap oleh Prabu Dewata Cengkar. (MENENGOK KE PINGGIR HUTAN DAN MELIHAT SEORANG PEREMPUAN YANG MENENTENG KAYU) Inilah hari keberuntunganku. Akhirnya kutemukan juga korban untuk santapan Prabu Dewata Cengkar. Hahaha…. (MENDEKATI PEREMPUAN ITU DAN MENANGKAPNYA)
KORBAN 2
Ahhhhh…. Apa-apaan ini? Lepaskan aku! (BERONTAK DAN MENATAP PATIH JUGUL  MUDA) Patih Jugul Muda!
PATIH JUGUL MUDA
Diam kau! Ikut aku! (MEMEGANG TANGAN PEREMPUAN ITU SEMAKIN KENCANG DAN MENARIKNYA)
KORBAN 2
Aku tak mau! Aku tak mau Patih! Lepaskan aku! (TERUS BERUSAHA MELEPASKAN DIRI)
PATIH JUGUL MUDA
Aku tak akan melepaskanmu. Akan kubawa kau kepada Prabu Dewata Cengkar untuk disantap olehnya. Hahaha….
KORBAN 2
Tidak! (MENCOBA MEMUKUL PATIH, TETAPI PATIH JUGUL MUDA MENANGKAP TANGANNYA DAN MEMUKULNYA BALIK HINGGA TERJATUH) Brengsek kau Patih!
PATIH JUGUL MUDA
Berani kau melawanku! Aku tak akan segan-segan memukulmu lagi. Ayo ikut aku sekarang! (KEMBALI MENARIK TANGAN PEREMPUAN ITU)
KORBAN 2
Tidak Patih! Jangan! Tolong-tolong-tolong…. (MENANGIS DAN MERINTIH KESAKITAN)
PATIH JUGUL MUDA
Aku tak akan melepaskanmu bodoh!
(TERTAWA LEPAS DAN SEMAKIN KEJAM MENARIK KORBAN UNTUK MEMBAWANYA KE KERAJAAN)
ADEGAN IV
            DENGAN MENGENAKAN SERBAN DI KEPALA, AJI SAKA BERANGKAT  KE MEDANG KAMULAN. AJI SAKA MASUK KE DALAM HUTAN UNTUK MENUJU DESA MEDANG KAMULANG. DI HUTAN AJI SAKA BERTEMU DENGAN DUA PERAMPOK YANG SEDANG MERAMPOK SEORANG BAPAK TUA.
PERAMPOK 1
Gap! Hidup kita makin susah saja ya! Punya raja koplak seperti itu. Sukanya main perempuan. Mentang-mentang punya kekuasaan, semua ingin dimilikinya. Mana ada dalam pikirannya kesejahteraan rakyat. Yang ada cuma bikin rakyat sengsara saja!
PERAMPOK 2
(GAGAP) Betul! Rakyatlah yang jadi korban kalau punya raja seperti itu.
PERAMPOK 1
Kemarin saja aku melihatnya membawa perempuan muda yang sangat cantik, aku yakin, itu pasti akan jadi simpanan barunya.
PERAMPOK 2
Ya begitulah si koplak itu! Si Paijo kemarin pun cerita padaku, kalau sapi-sapinya dirampas dan dibawanya kekerajaan.
PERAMPOK 1
Wah, kurang ajar benarnya itu raja! Sudah selirnya di mana-mana, masih saja mengkorupsiin sapi-sapi rakyat. Edan-edan! (MENGGELENG-GELENGKAN KEPALA)
PERAMPOK 2
Kan kamu juga yang bodoh! Sudah tahu dia koplak begitu. Kenapa waktu itu kau dukung dia jadi raja. Coba piker nasib rakyat seperti kita, habis sudah! Rakyat-rakyat yang lancar berbicara saja bisa jadi gagap karena nahan lapar, apalagi yang sudah gagap seperti aku, modar kabeh!
PERAMPOK 1
Halah! (MENEPOK JIDADNYA SENDIRI) Nyesel aku! Tapi, memangnya dulu kau tidak mendukungnya waktu dia mau naik jadi raja?
PERAMPOK 2
Tidaklah! Aku tidur di rumah. Mending golput daripada dosa memilih pemimpin yang dzalim kaya begitu. Oh ya, kau lapar tidak sih?
PERAMPOK 1
Ya lapar Gap! Kan kita belum makan dari kemarin. Kalau-kalau ada orang lewat nanti, bagaiamana kalau kita rampok hartanya?
PERAMPOK 2
Ah! Begini nih kalau orang lapar, pasti jadi brutal dan akhirnya berbuat kriminal.
PERAMPOK 1
Halah, sok baik kau! Nasib orang susah memang begitu Gap!  Memangnya kau mau mati kelaparan di sini?
PERAMPOK 2
Benar juga sih! Baiklah kalau begitu.
PERAMPOK 1
(MELIHAT-LIHAT) Hahaha. Walah-walah, ini dia yang dikata pepatah “pucuk dicinta ulam pun tiba.” Lihatlah, ada korban tuh!
PERAMPOK 2
Hahaha, betul-betul-betul! Sikat! (MEREKA PUN MENGHAMPIRI BAPAK TUA)
PERAMPOK 1
Hey! (MEMBENTAK)
 BAPAK TUA
Apa-apaan ini, mau apa kalian?
PERAMPOK 2
Serahkan barang-barang yang kau bawa. Cepat!
BAPAK TUA
Ampun… ampun! saya tidak punya apa-apa!
PERAMPOK 1
Heh, jangan banyak bicara kau orang tua!
BAPAK TUA
Tidak! Saya tidak bawa barang berharga, saya hanya orang miskin yang ingin merantau ke desa seberang. (MENGGENGGAM BARANG BAWAANNYA)
PERAMPOK 1
Halah! (MERAMPAS BARANG BAWAAN BAPAK TUA DAN MELEMPARNYA KE PERAMPOK 2) Coba kau lihat apa isi tasnya?
PERAMPOK 2
(MENGOBRAK-ABRIK ISI TAS) Hahaha… lihat apa yang kudapatkan? (MEMEGANG UANG BAPAK TUA DARI TASNYA)
PERAMPOK 1
Hahaha…. Bagus-bagus!
BAPAK TUA
Jangan! Jangan kau ambil uangku! Itu untuk biaya hidupku selama merantau ke desa sebrang!
PERAMPOK 1
Banyak juga bicaramu orang tua! (MEMUKULI BAPAK TUA ITU BERSAMA PERAMPOK 2)
BAPAK TUA
Tolong... tolong...tolong...!
AJISAKA YANG SEDANG BERJALAN, LALU MENDENGAR TERIAKAN BAPAK TUA ITU. IA PUN SEGERA MENDEKATINYA.
AJI SAKA
Hey, berhenti! Apa yang kalian lakukan kepada bapak tua itu?
PERAMPOK 1
Siapa kau beraninya membentak kami?
PERAMPOK 2
Kau mau mati?
AJI SAKA
Aku Aji Saka! Lepaskan bapak tua itu!
PERAMPOK 1
Alaaaah, sudah jangan banyak basa-basi. Kita habisi saja dia! (MENGELUARKAN PISAU)
PERAMPOK 2
Baik, ayo kita pertemukan dia pada maut! (MENGAMBIL SEBUAH BALOK DI BAWAH)
TERJADILAH PERTARUNGAN ANTARA AJI SAKA DENGAN PERAMPOK 1 DAN PERAMPOK 2. AKHIRNYA AJI SAKA MENGELUARKAN AJIANNYA UNTUK MELAWAN KEDUA PERAMPOK TERSEBUT SAMPAI MEREKA JATUH TERSUNGKUR.
PERAMPOK 1
Kurang ajar! Ternyata dia ini orang sakti. Ayo kita kabur sebelum kita yang dihabisi olehnya.
PERAMPOK 2
Benar! Ayo! (MEREKA PUN KABUR KELUAR)
BAPAK TUA
Terimakasih, anak muda!
AJI SAKA
Sama-sama, Pak! Bagaimana kondisi Bapak?
BAPAK TUA
Aku baik-baik saja Nak!
AJI SAKA
Baguslah kalau begitu! Aku tahu pasti bapak adalah warga medang kamulan yang ingin mengungsi kan?
BAPAK TUA
Ya, benar. Dari mana kau tau Nak?
AJI SAKA
Aku sudah mendengar kabar bahwa di kerajaan Medang Kamulan, Prabu Dewata Cengkar sangat buas dan gemar memakan manusia. Oleh karena itu, banyak sekali warga dari Medang Kamulan yang mengungsi. Sekarang bapak, teruslah berjalan menyusuri hutan ini, di perbatasan hutan nanti, bapak akan bertemu dengan abdiku yang bernama Sembada. Dia akan membantu bapak untuk mengungsi.
BAPAK TUA
Baiklah Nak! Sekali lagi terima kasih, kau telah menolongku tadi.
AJI SAKA
Iya Pak! Oh ya, aku pamit ingin melanjutkan perjalanan menuju Medang Kamulan. Aku ingin segera mengakhiri kedzaliman Prabu Dewata Cengkar, agar masyarakat Medang Kamulan bisa kembali lagi ke desanya dan hidup dengan aman dan sentausa.
BAPAK TUA
Apa kau yakin bisa melakukannya?
AJI SAKA
Ya! Insya Allah aku bisa melakukannya.
BAPAK TUA
Baiklah kalau begituberhati-hatilah  kau, Nak! Aku akan terus berdoa untuk keberhasilanmu.
AJI SAKA
Baik, Pak! Terimakasih. Saya pamit ingin melanjutkan perjalanan sekarang!
BAPAK TUA
Iya, Nak! (MEREKA PUN SAMA-SAMA BERJALAN KELUAR DENGAN DUA ARAH YANG BERBEDA)
ADEGAN V
            DI DESA MEDANG KAWIT, SEMBADA SEDANG MENJAGA DI PERBATASAN DESA SEMBARI MENUNGGU PENGUNGSI-PENGUNGSI LAIN DARI DESA MEDANG KAMULANG.
SEMBADA
(BERNYANYI DENGAN NADA-NADA KEKHAWATIRAN) Kira-kira, tuan Aji Saka sudah sampai atau belum ya di desa Medang Kamulang? Semoga saja tuan Aji Saka mampu melawan Prabu Dewata Cengkar dan kembali lagi ke sini dengan keadaaan baik dan membawa kabar baik pula. Sebelum tuan Aji Saka kembali ke sini, aku akan menjaga desa Medang Kawit dan keris pusaka ini dengan baik, sekalipun nyawa taruhannya. (BERJALAN DAN MASIH TERUS BERPIKIR TENTANG KEADAAN AJI SAKA) Tapi bagaimana kalau tuan Aji Saka gagal. (GELISAH) Tidak-tidak mungkin. Aku tidak boleh berpikir seperti itu. Hati dan pikiranku semakin tidak karuan saja saat ini. Sepertinya sangat berat sekali menerima kenyataan tuan Aji Saka pergi jauh dariku. Entah, aku merasakan ada sesuatu yang mengganjal. Apa mungkin aku mencintainya? Aku tak bisa berbohong pada diriku sendiri, aku sangat mengkhawatirkannya dan aku sangat merindukan sosoknya dekat di hadapanku. Sudahlah, kurasa saat ini bukan waktunya aku memikirkan hal seperti ini. (MELIHAT SEORANG BAPAK TUA YANG SEDANG MENUJU DESA MEDANG KAWIT) Sepertinya orang itu pengungsi dari Medang Kamulang.
BAPAK TUA
Permisi Nak! Aku ingin mengungsi di desa ini. Apa boleh?
SEMBADA
Oh, baik Pak! Mari aku antarkan menuju desa Medang Kawit. Di sana juga sudah banyak pengungsi-pengungsi lain dari desa Medang Kamulang.
BAPAK TUA
Terima kasih Nak! Mari! (MEREKA BERJALAN BERIRINGAN MENUJU DESA MEDANG KAWIT)
ADEGAN VI
            DI DESA MEDANG KAMULAN, DORA BERUSAHA MENGAJAK MASYARAKAT UNTUK MENGUNGSI KE TEMPAT LAIN YANG LEBIH AMAN.
DORA
Bapak-bapak, ibu-ibu, aku Dora dari Desa Medang Kawit. Aku sudah mengetahui kondisi di desa ini. Jadi, aku ingin mengajak kalian untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
RAKYAT 4
Aku tak ingin pergi dari desa ini. Aku akan tetap berada di sini! Aku juga tidak mempercayaimu. Bisa saja kan, kau ini adalah pesuruh Prabu Dewata Cengkar, nanti kalau kami ikut denganmu, kau bukannya mengajak kami mengungsi ke tempat yang lebih aman, justru malah membawa kami ke kerajaan untuk menjadi santapan Prabu Dewata Cengkar. (CURIGA DAN BERMUKA MASAM)
DORA
Percayalah, aku bukanlah pesuruh dari kerajaan Medang Kamulan. Aku benar-benar datang dari Medang Kawit dan bermaksud membantu kalian di sini.
RAKYAT 4
Tetap saja aku tak mempercayaimu. (MEMBUANG MUKA)
DORA
Tidakkah kalian takut jika tetap berada di sini? Sedangkan Patih Jugul Muda sedang gencar-gencarnya mencari korban dan sebagian warga medang kamulan sudah mengungsi.
RAKYAT 4
Kau pasti menakut-nakutiku kan? Aku akan tetap bertahan di sini, sampai aku mati pun, aku akan tetap berada di sini.
DORA
Aku mengerti, kalian adalah masyarakat desa Medang Kamulang yang setia dan tak mau pergi dari desa ini, tetapi demi kebaikan kalian! Kalian hanya mengungsi sampai kondisi di sini aman! Tuan Aji Saka akan berusaha mengakhiri kedzaliman Prabu Dewata Cengkar. Dia adalah seorang kesatria yang sakti dari desa Medang Kawit.
RAKYAT 5
Aji Saka! (MENGGERUTU DENGAN RAKYAT YANG LAIN)
RAKYAT 4
Oh, iya! Aku pernah mendengar nama itu. Dia memang disebut-sebut sebagai kesatria yang sakti dari desa seberang. Tapi, apakah benar yang kau katakan itu?
DORA
Ya, aku bicara benar! Aku yakin tuan Aji Saka bisa mengatasi permasalahan ini! Marilah ikut aku untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, sampai keadaan desa Medang Kamulang ini sudah benar-benar aman.
 RAKYAT 5
Kurasa tidak ada salahnya kita ikuti orang ini. Lagipula dari kemarin, kita pun dirundung ketakutan yang luar biasa akan Prabu Dewata Cengkar di sini.
RAKYAT 4
(GELISAH DAN BIMBANG) Aku bingung harus berbuat apa lagi. Jujur, aku pun takut jika terus berada di sini. Baiklah, seperti kau mempunyai niat yang tulus. Aku akan mengikutimu untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, dan berharap tuan Aji Saka mampu membinasakan Prabu Dewata Cengkar.
DORA
Baik, mari kita semua keluar dari desa ini! Sebelum Patih Jugul Muda menemukan kita.
SEMUA RAKYAT
Baiklah, ayo segera kita bergegas pergi. (DORA PUN BERJALAN KELUAR BERSAMA-SAMA MASYARAKAT UNTUK MENGUNGSI)
ADEGAN VII
KETIKA  AJI SAKA MELANJUTKAN PERJALANANNYA, TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA GAIB DARI SISI-SISI HUTAN.
SETAN HUTAN
Hahaha kau sudah melewati wilayahku!
AJI SAKA
(TERKEJUT) Siapa kau? Tampakkan wujudmu!
SETAN HUTAN
Rupanya besar juga nyalimu (MANPAKKAN WUJUDNYA)
AJI SAKA
Mengapa kau halangi jalanku?
SETAN HUTAN
Hahaha  jika kau ingin melewati hutan ini dengan selamat, kau harus menjadi budakku selama sepuluh tahun terlebih dahulu! Hahaha….
AJI SAKA
Aku tak sudi menjadi budak setan sepertimu! Menyingkir kau!
SETAN HUTAN
Hahaha…. Benar kau tak mau menuruti mauku?
AJI SAKA
Walaupun aku harus mati di sini, aku tak akan menuruti maumu! (GERAM)
SETAN HUTAN
Baiklah, sepertinya kau ini bukan orang sembarangan. Bagaimana kalau kita membuat suatu kesepakatan?
AJI SAKA
Sudahlah, aku tak akan menyepakati satu pun permintaanmu?
SETAN HUTAN
Hahaha, benarkah itu? Apa kau tak mau menjadi pendampingku, dan menjadi penguasa di hutan ini?
AJI SAKA
Sudahlah, aku tak banyak waktu untuk meladeni setan sepertimu. Menyikirlah kau! (GERAM)
SETAN HUTAN
Kalau begitu, bersiaplah menuju ajalmu! (MENYERANG AJI SAKA DENGAN KEKUATANNYA)
AJI SAKA
(MENGHINDAR DARI SERANGAN SETAN HUTAN) Bismillahirrahmanirrahim…. (BERSILA MEMANJATKAN DOA, TIBA-TIBA MUNCULAH CAHAYA DARI LANGIT MENGHANTAM SETAN HUTAN)
SETAN HUTAN
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…. (MERINTIH KESAKITAN LALU LENYAP)
AJI SAKA
Alhamdulillahirobbil ‘alamin…. (MENGUSAP MUKA LALU MELANJUTKAN PERJALANAN)
ADEGAN VIII
DI KERAJAAN MEDANG KAMULAN PRABU DEWATA CENGKAR SEDANG MARAH KARENA PATIH JUGUL MUDA LAMA MENYIAPKAN HIDANGANNYA. SEDANGKAN PATIH JUGUL MUDA SIBUK MENCARI KORBAN SELANJUTNYA.
DEWATA CENGKAR
Patih! Lama sekali kau membawa makanan untukku. Ke mana saja kau?
 PATIH JUGUL MUDA
Maaf  Prabu! Saat ini sulit sekali mencari korban untukmu karena masyarakat Medang Kamulan sudah banyak yang pergi dari desa ini.
DEWATA CENGKAR
Apa? Mengapa masyakarat pergi dari desa kekuasaanku?
PATIH JUGUL MUDA
Sepertinya, masyarakat mulai ketakutan akan menjadi santapanmu. Oleh karena itu, mereka pun mengunsi untuk menghindar dari tangkapanku.
DEWATA CENGKAR
(MARAH) Kurang ajar! Kalau begitu, apabila kau ingin mencarikan korban untukku, kau harus lebih jauh mencari. Aku tak mau tahu, setiap hari kau harus menyiapkan makanan untukku.
PATIH JUGUL MUDA
(BINGUNG) Baiklah Prabu! Aku mencurugai, sepertinya masyarakat mengungsi di desa seberang, setelah perbatasan hutan.
DEWATA CENGKAR
Aku tak peduli, di mana pun jauhnya masyarakat pergi. Yang pasti kau harus menyiapkan makanan untukku, mengerti kau Patih?
PATIH JUGUL MUDA
Baik Prabu, aku mengerti!
DEWATA CENGKAR
(MENGUSAP-USAP PERUTNYA) Sekarang perutku sudah mulai keroncongan. Sudahkah kau mendapatakan korban untukku?
PATIH JUGUL MUDA
Sudah Prabu! Aku sudah mendapatkan korban untukmu. Walaupun aku belum mencicipinya, tapi sepertinya korbanmu saat ini rasa duren. Dia mentong dan kau pasti akan puas memakannya.
 DEWATA CENGKAR
Hahaha… benarkah itu patih! Cepatlah kau bawakan kehadapanku. Aku ingin melihat wajah dan tubuhnya. Jangan sampai kau bohongi aku karena aku sudah mulai curiga denganmu. Jangan-jangan apa yang kau bilang tadi bukan seperti nyatanya. (CURIGA)
PATIH JUGUL MUDA
Tidak Prabu! Aku berkata benar. Tunggulah, akan segera kubawakan ke hadapanmu. (KELUAR DAN MEMBAWA KORBAN 2)
Hahaha…. Prabu, lihat inilah santapanmu malam ini! (MENYERET PEREMPUAN ITU KE DAPUR)
KORBAN 2
(BERTERIAK, MENAGIS, MERONTA-RONTA UNTUK DILEPASKAN) Tolong... tolong Patih! Lepaskan akuAku masih ingin hidup. Tolong, jangan... jangan! (MENCOBA MELEPASKAN LENGANNYA DARI GENGGAMAN PATIH JUGUL MUDA)
DEWATA CENGKAR
Hahaha… bagus Patih!
KORBAN 2
(MENANGIS DAN MEMOHON) Prabu Dewata Cengkar, tolong lepaskanlah aku. Aku tak mau mati dan menjadi santapanmu. Aku mempunyai anak-anak yang masih kecil dan mereka masih membutuhkanku. Tolonglah Prabu, biarkan aku pergi.
DEWATA CENGKAR
Hahaha…. Aku tak akan perduli dengan anak-anakmu itu, kalau perlu anak-anak pun akan santap juga. Jadi, kalian akan kupertemukan lagi di dalam perutku. Mengerti kau Bodoh! Hahahaha….
Patih! Cepatlah kau hidangkan perempuan ini. Aku sudah lapar!
 KORBAN 2
(MERINTIH DAN TERUS MENANGIS) Jangan, jangan bawa aku. Tolong-tolong….
AJI SAKA
(DENGAN SUARA LANTANG) Hentikan!
DEWATA CENGKAR
(TERKEJUT) Siapa kau? Berani-beraninya kau datang ke kerajaanku.
AJI SAKA
(DENGAN GAGAH) Perkenalkan. Aku Aji Saka. Aku datang dari desa Medang Kawit.
PRABU DEWATA
Lalu mau apa kau datang kemari?
AJI SAKA
Kau lepaskan perempuan itu, biarkan aku yang menjadi penggantinya untuk santapanmu hari ini.
PRABU DEWATA
Sungguh berani kau anak muda. Baiklah kalau begitu, sepertinya dagingmu lebih lezat dari pada perempuan itu. Hahaha….
AJI SAKA
Tapi tunggu dulu Prabu! Sebelum aku menjadi santapanmu. Aku memiliki satu syarat yang harus kau penuhi.
PRABU DEWATA CENGKAR
Syarat apa itu anak muda?
AJI SAKA
Aku hanya meminta sebidang tanah seluas sorban ini.
 DEWATA CENGKAR
Hahaha…. Hanya itu yang kau minta? Kau bercanda anak muda. Jika hanya tanah seluas sorban itusepuluh kali lipatpun akan kuberikan! Coba kau pikirkan dulu, apa kau tidak mau seperti fathonah, raja di seberang kerjaanku ini, dia memiliki tanah di mana-mana? Gadis-gadis cantik pun akan kuberikan untukmu, sebutkan saja gadis seperti apa yang kau minta? Apakah Maharani atau Ayu Ashari dayang-dayangku di sini. (MENATAP AJI SAKA MENCOBA MEMPENGARUHI) Ingat, kau itu tampan! Gunakan sisa waktumu dengan menikmati dunia ini, sebelum kau menjadi santapanku anak muda. Hahaha.
AJI SAKA
Tidak! Mungkin menurut pandangan seorang penguasa sepertimu, kebahagiaan hanya diukur dengan kesenangan dan kemewahan. Tapi aku bukanlah raja sepertimu atau raja-raja lain yang gila harta, tahta dan wanita. Cukup dengan melihat masyarakat hidup aman dan sentausa, itu merupakan kebahagiaan yang luar biasa untukku! Sekarang, cukup kau berikan sebidang tanah seluas sorban ini saja. (MENYERAHKAN SORBANNYA)
DEWATA CENGKAR
Sungguh sayang, wajahmu saja yang tampan tapi kau terlalu bodoh anak muda. Masih sempat kau memikirkan orang lain, padahal sebentar lagi kau akan mati. Tidakkah kau mau menikmati sisa waktumu?
AJI SAKA
Tidak! Sudahlah tak perlu prabu berpanjang lebar. Cukuplah tanah seluas sorban ini sebagai permintaan terakhirku!
DEWATA CENGKAR
Hahaha, kau benar-benar bodoh! Baiklah kuterima permintaanmu! (MENERIMA SORBAN ITU, SAAT DIPEGANG SORBAN ITU SEMAKIN PANJANG HINGGA MENUTUPI SELURUH KERAJAAN) Apa-apaan ini? Kau mempermainkanku anak muda! Patih! Cepatlah kau tangkap pemuda itu dan segera hidangkan untukku. Aku semakin tidak sabar ingin menyantapnya. (GERAM DAN MARAH)
 PATIH JUGUL MUDA
Baik prabu! (SEGERA MENDEKATI AJI SAKA DAN MENARIK TANGANNYA)
AJI SAKA
(MELEPASKAN PEGANGAN PATIH JUGUL MUDA) Kau telah ingkar janji Prabu! Sekarang seluruh tanah di kerajaanmu telah menjadi milikku.
DEWATA CENGKAR
Ingkar janji? Hahaha. Untuk raja sepertiku tidaklah menjadi masalah bodoh!
Cepat patih kau bawa dia dan hidangkan untukku!
AJI SAKA
Kau tak layak menjadi raja! Kau telah dzalim prabu! (PATIH JUGUL MUDA MENARIK AJI SAKA DAN AJI SAKA MELAWAN. SETELAH ITU TERJADILAH PERTARUNGAN ANTARA KEDUANYA, HINGGA PATIH JUGUL MUDA PUN MATI)
DEWATA CENGKAR
Ternyata kau orang sakti! Baiklah aku sendiri yang akan menghabisimu. Dan kau akan menjadi santapanku saat ini! Hahaha. (TERJADILAH PERTARUNGAN DEWATA CENGKAR DENGAN AJI SAKA)
AJI SAKA
Bismillahirrahmanirrahim…. (TIBA-TIBA SORBAN AJI SAKA MELILIT TUBUH DEWATA CENGKAR DAN AJI SAKA PUN MELEMPAR TUBUHNYA KE LAUT HINGGA LEYAP DAN MATI)            Alhamdulillahirobil Alamin…. Akhirnya aku berhasil membinasakan Prabu Dewata Cengkar dan membuangnya ke laut selatan. (TAK LAMA KEMUDIAN, DATANGLAH DORA MENEMUI AJI SAKA)
DORA
Tuan, bagaimana keadaanmu? Apakah kau sudah berhasil membinasakan Prabu Dewata Cengkar?

AJI SAKA
Keadaanku baik-baik saja Dora. Aku telah berhasil membinasakan Prabu Dewata Cengkar!
DORA
Alhamdulillahirobil Alamin…. Baguslah kalau begitu!
AJI SAKA
Dora, sekarang pergilah kau ke Medang Kawit! Ajaklah masyarakat desa Medang Kamulang yang mengungsi untuk kembali ke sini serta ambillah kerisku! Katakan kepada Sembada bahwa aku yang menyuruhmu.
DORA
Baik, tuan! (PERGI MENUJU MEDANG KAWIT)

ADEGAN IX
            AKHIRNYA DORA PUN SAMPAI DI DESA MEDANG KAWIT DAN MENEMUI SAHABATNYA, SEMBADA. MEREKA PUN MELEPASKAN RASA RINDU DENGAN SALING MERANGKUL.
DORA
Sembada, sahabatku! Bagaimana kabarmu?
SEMBADA
(MEMELUK DORA) Dora! Aku baik-baik saja! Bagaimana denganmu?
DORA
Aku baik-baik saja Sembada.
SEMBADA
Oh, ya. Lalu bagaimana dengan tuan Aji Saka? Kuharap tuan Aji Saka di sana baik-baik saja. Karena setiap hari aku selalu memikirkan keadaannya di Medang Kamulan. Semenjak kepergiannya aku jadi tak bisa tidur. Ayo Dora ceritakan padaku, bagaimana keadaan tuanku Aji Saka?   
DORA
Tenanglah, tuan Aji Saka pun baik-baik saja. Dia sudah berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar dan membinasakannya.
SEMBADA
Syukurlah. Lalu mengapa tuan Aji Saka tidak ke sini?
DORA
Tuan Aji Saka saat ini telah menjadi Raja di Medang Kamulan. Jadi, dia sedang sibuk mengatur keadaan di sana.
SEMBADA
(KAGUM DAN BAHAGIA) benarkah itu Dora, aku begitu sedang mendengarnya. Biarlah tuan Aji Saka tak berkunjung ke sini, tetapi mendengar keadaannya yang baik-baik saja hatiku sudah lega sekali.
DORA
Ya, aku bicara benar! Tapi mengapa nada-nadamu bicaramu seperti orang yang jatuh cinta? Apakah kau menyimpan rasa dengan tuan Aji Saka, Sembada?
SEMBADA
(MALU DAN TAK BERANI MENOLEH KE HADAPAN DORA) Tidak sahabatku. Ini hanya bentuk kekhawatiran seorang abdi kepada tuannya. (MENUTUP-NUTUPI PERASAANNYA)
DORA
(TIDAK YAKIN) Yang benar? Ya sudahlah kalau memang seperti itu.
SEMBADA
Mengapa kau seperti tak percaya padaku, aku benar-benar jujur padamu. Percayalah padaku Dora. (MENCOBA MEYAKINKAN)
DORA
Aku percaya padamu, kau kan sahabat terbaikku karena aku percaya kau tidak gila kan, Sembada. Tuan Aji Saka itu kan atasan kita, jadi tak mungkin abdi seperti kita ini jatuh cinta dengannya. Jika memang benar kau mencintai tuan Aji Saka, kau tahu resikonya, bahwa kau pasti akan terluka, ingat itu Sembada!
SEMBADA
Iya, aku mengerti akan hal itu, Dora. Oh ya, lalu mau apa kau kemari Dora, apakah kau tidak membantu tuan Aji Saka di sana? (MENGALIHKAN PEMBICARAAN)
DORA
Iya. (MENGANGGUK-ANGGUKAN KEPALANYA) Aku datang ke sini karena diperintahkan oleh tuan Aji Saka?
SEMBADA
Oh…. Memangnya apa yang diperintahkan tuan Aji Saka padamu?
DORA
Aku diperintahkan datang ke sini untuk mengambil keris pusaka milik tuan Aji Saka.
SEMBADA
Apa? Tidak, sabahatku! Tuan Aji saka berpesan kepadaku bahwa keris ini tidak boleh diberikan kepada siapa pun, kecuali tuan Aji Saka sendiri yang datang mengambilnya.
DORA
Tapi ini perintah dari tuan Aji Saka sendiri.
SEMBADA
Tidak, aku tetap tidak akan menyerahkannya padamu.
DORA
Aku telah mempercayaimu tadi, tetapi mengapa sekarang kau yang tak percaya padaku. Aku datang ke sini memang untuk mengambil keris pusaka milik tuan Aji Saka. Itulah perintah tuan Aji Saka padaku.
SEMBADA
Sekali aku katakanan ‘tidak’, maka tidak.
DORA
Kau memang keras kepala Sembada.
SEMBADA
Maaf sahabatku, aku sudah berjanji akan menjaga keris ini meski nyawa taruhannya.
DORA
(KESAL) Jadi kau benar-benar tidak mau menyerahkan keris itu padaku?
SEMBADA
(BERSIKUKUH) Tidak! Aku tidak akan menyerahkannya padamu kecuali tuan Aji Saka sendiri yang mengambilnya padaku.
DORA
Baiklah kalau begitu mau tidak mau kita harus adu kesaktian untuk menentukan siapa yang berhak membawa keris itu!
SEMBADA
Baiklah kalau begitu. (DORA DAN SEMBADA PUN BERTARUNG. KARENA MEMILIKI KESAKTIAN YANG SAMA DAN MEREKA PUN SAMA-SAMA MATI, TETAPI SEBELUM MATI MEREKA SALING BERTATAPAN DAN SALING MEMANGGIL)

ADEGAN X
AJI SAKA PUN DIANGKAT MENJADI RAJA DI MEDANG KAMULANG SETELAH MENGALAHKAN PRABU DEWATA CENGKAR. BEBERAPA HARI AJI SAKA MEMBERIKAN AMANAH KEPADA DORA UNTUK MENGAMBIL KERIS PUSAKA KEPADA SEMBADA, TETAPI DORA BELUM JUGA KEMBALI KE MEDANG KAMULANG.
AJI SAKA
(GELISAH) Lama sekali Dora kembali ke sini! Apakah ada sesuatu yang terjadi dengannya.
DAYANG ISTANA 1
Apa yang terjadi Prabu Aji Saka! Sepertinya kau begitu gelisah?
AJI SAKA
Ya, memang aku sedang gelisah karena Dora, abdiku belum juga kembali ke sini untuk membawa keris pusaka yang kutitipkan pada abdiku yang lain, Sembada.
DAYANG ISTANA 2
Oh, kalau seperti itu mengapa tidak kau coba ke sana untuk memastikan apa yang terjadi, daripada Prabu selalu gelisah di sini!
DAYANG ISTANA 1
Benar Prabu! Ada baiknya jika kau datang ke sana, biarlah kerajaan kami yang akan menjaganya bersama prajurit-prajurit yang ada. Lagi pula masyarakat pun sudah banyak yang kembali ke rumah meraka masing-masing. Jadi, kau tidaklah perlu lagi memikirnya nasib mereka. Mereka telah hidup aman dan sentausa.
AJI SAKA
Benar juga katamu! Aku akan berangkat menuju Medang Kawit untuk mengetahui, apa yang sebenarnya terjadi? Tolonglah kalian jaga kerajaan ini, aku tak akanpergi lama. Kalau memang sudah kutemukan Dora dan Sembada serta membawa keris pusaka milikku, aku akan datang lagi ke sini, untuk mengurus kerajaan ini.
DAYANG ISTANA 1
Baik Prabu, kami akan menjaga kerajaan ini dengan baik.
DAYANG ISTANA 2
Benar, tidak usah khawatir. Berhati-hatilah dalam perjalananmu Prabu Aji Saka.
AJI SAKA
Ya, aku percaya pada kalian. Aku pamit sekarang. (BERGEGAS PERGI MENUJU DESA MEDANG KAWIT)
SESAMPAINYA AJI SAKA DI DESA MEDANG KAWIT,  BETAPA TERKEJUTNYA DIA KETIKA MELIHAT DUA ABDINYA YANG TELAH MATI KARENA TERTUSUK PEDANG. AJI SAKA PUN BERSEDIH ATAS KEMATIAN KEDUA ABDINYA TERSEBUT.
AJI SAKA
Dora, Sembada! Mengapa kau mati seperti ini? Maafkan aku yang telah lupa memberikan amanah yang bertentangan terhadap kalian. Kalian sungguh abdiku yang setia. Kalian rela mengorbannya nyawa untuk mempertahankan amanah dariku. Baiklah Dora, Sembada aku akan membuat sebuah aksara Jawa untuk mengenang kalian. (MENGUKIR SEBUAH BATU BESAR DENGAN HURUF AKSARA JAWA, LALU BERDIRI KEHAPADAN MAYAT DORA DAN SEMBADA)
ha na ca ra ka
da ta sa wa la
pa dha ja ya nya
ma ga ba tha nga

~ SELESAI ~