KUMPULAN PUISI
: kepada Rinduan
: kepada Rinduan
Jerit malam ini
membangunkan singa dalam gundahku
tak pasti
tapi inilah nyatanya
rasanya terkurung dalam jeruji besi
yang digenggam jemarijemari hatimu
yang membisikkanku tentang rindu
disaat kau jatuhkan perasaanperasaan itu
aku hanya memungutnya
sambil menghirup wangi nafasmu yang masih
membekas
di jalanjalan yang kau lalui
Jakarta, 25 Februari 2012
AKU
INGIN KAU TAHU
: kepada Rinduan
Aku ingin kau tahu
dalam ukiran wajahmu selalu terpancar pelangi
bak cahaya surgawi
dalam hatimu selalu terajut wewangi
bagai aroma kasturi
dan itulah yang membuat cinta berkembang
di telaga hatiku ini
Aku ingin kau tahu
cintaku dan cintamu
seperti batu yang sulit untuk dipecahkan
seperti angin yang selalu berhembus di sela-sela
jemari rindu
seperti air yang mengalir dalam
batas ruang dan waktu
karena itulah aku mencintaimu dengan
apa adanya dirimu
Yogyakarta, 12 Maret 2012
PESAN
RINDU
: kepada Rinduan
Malam menusuk hingga tulang rindu
Menepis segala risau dalam ranting bulan
Awan kelabu mengukir sempurna wajahmu
Bintang menari-nari mengobati pilu hatiku
Kau kembali tumpah ruah dalam lambung
kenangan
Sadar dan kusadar kau hanya bayang penuh
misteri
Menerbangkan dedaunan gelisah dalam
jalanjalan kerinduan ini
Terasa seperti samudera tanpa batas yang
memisahkan kita
Tetapi butiranbutiran rindu ini tercecer dan
mengkristal di jalanjalan yang kulalui
Saat ini rindu membisik dingin dalam gelapnya
hari
Kuharap malam menyampaikan pesan ini
Sebelum kumembeku dan mati
Yogyakarta, 12 Maret 2012
HUJAN
HARI INI
: kepada Rinduan
Walau tumpahan detik telah lalu bersama redah
hujan,
namun memoriku tak berhenti memikirkanmu…
Kita berdua melawati jalan-jalan
bersama hujan yang menaut pada baju yang kita
kenakan
Bukan gigil karena kuyup kusekarang,
tetapi karena rindu yang mengulang kenangan,
Itulah sebermula cinta dikuatkan!
Jakarta, 7 November 2012
RINDU DI JEMARI HATI
:
kepada Rinduan
Dalam
lamunan
Aku
melukis sepi
Tiada
deru
Tetapi
rindu selalu ingin bergemuruh…
Aku
hanya termangu
membayangkan
ronarona wajahmu menarinari dalam sepi
Dan
lagilagi
Kau
hanya menjadi rindu di jemari hati…
Jakarta,
9 November 2012
SAJAK MALAM
:
kepada Rinduan
Malam
terus saja menenggelamkanku pada kegelisahan,
Mematikanku
pada kelam kerinduan,
Harapan
bagai kuku-kuku tajam menggores pipi hati,
Hah,
lelah sekali…
Entah
sampai kapan kuberhenti menikmati sepi?
Jakarta,
10 November 2012
RINDU
DIPELUKAN SENJA
: kepada Rinduan
Disaat dedaun bertasbih
langit memerah temaram
aku terbaring berselimut debu
beralas rerumput di hamparan senja
Rindu begitu mengoyak tepin hatiku
jantung sesekali bercuap resah tanpa detak
siluet wajahmu teruntai pada gemawan awan
terpautlah segala rindu dan kenangan
Gemuruh suara pada tiap rumah Tuhan
pertanda kuharus segera berhenti menikmati
sepi
dan di sini
aku merasakan arti rindu
ialah
bila sepi menyapa dan kau jauh dariku,
tetapi begitu dekat dari ingatanku
Semakin terasa kini
rindu dipelukan senja
memanjakanku merasa selaksa rindu pada
keheningan
Surabaya, 15 November 2012
LUKISAN
RINDU
: kepada Rinduan
Malam terus menyerbakkan bau rindu
pisau sunyi menikam kelam
seketika aku pun terkena tikamnya
hinggaku tak kuasa membendung rinduku
padamu
yang tertumpah di sini
tumpahan rinduku terus membulir pada
lantai kamar
menguntaikan segala rasa dan
memutar kembali setiap kenangan
aku pun terus larung menikmati kerinduan
Tanpa kusadari tumpahan rindu telah menguap
dan dijadikan Tuhan tinta
pada lukisan indah-Nya
dengan hiasan bintang pada tepiannya
mempercantik hasil lukisan
yang menjadikannya penawar
ialah wajahmu
ya wajahmu yang telah Tuhan lukis
di kanvas langit malam ini
Surabaya, 17 November 2012
MENANTI
RINDU
: kepada Rinduan
Peron menjadi tempatku
menanti rindu
rindu pepada kenangan bersama
yang telah lama tak kurasa
memetik buah ketidaksabaranku
dalam lamunan,
tetapi sesaat senyum berlabuh terukir
ketika memori terputar
Aku ingin menulis semua kenangan ini
sebelum menjadi rindu dikemudian hari
karena esok adalah misteri
hari ini adalah kisah yang terguris
dan kemarin adalah buah rerindu yang manis
ketika hari ini
atau esok kucicipi rasanya
Peron Ps. Turi - Surabaya, 19 November 2012
SEBUAH
RENUNGAN
: kepada Rinduan
Sepotong bulan masih menempel pada langit
pagi
Tanda alam telah membuka hari pada untaian
baru
Aku terhanyut oleh tiap alunan dedaun pada
reranting
yang sesekali meneteskan embun
Seperti hidup yang tiada pernah terbaca,
Kadang ada tangis yang harus menetes,
tetapi dzikir harus tetap terucap
Terimakasih Tuhan telah mengirimnya pada
hidupku
karena tiap kenangan tentangnya
adalah secangkir semangat pada diri
untuk memulai hari tanpa kata menyerah dan
berhenti
karena hidup adalah buah kebermaknaan yang
berjalan pada rutenya
dan berakhir pada perhentiannya….***
Jakarta, 9 Desember 2012
LAZUARDI
:
kepada Rinduan
Lazuardi
bak kepingan surga yang tercecer pada langit
Sesering
mendengkur kerinduan
Padahal
baru saja lelap membawaku,
tetapi
sore menepuk dan membuatku terjaga
Ternyata
takhta Tuhan tersirat di sini,
Tempat
di mana aku mengeja kehidupan dan melafalkan napas,
Sembari
menapaki jejak pada rute-rute yang telah tertulis
Bagiku,
Tuhan tak perlu lagi bersajak,
karena
semua itu telah tampak mengekalkan kuasa-Nya.
Wonogiri,
27 Juli 2013
KEMARIN,
DISUATU SORE
: kepada Rinduan
Masih saja terbayang
kemarin,
suatu sore yang tergelarnya cerita bersamamu
tenggelam dalam derita rindu,
mencoba mengumpulkan serpihan,
hingga kubentuk juga
kau yang kurindukan
Aduhai…
sedap sedan kurasa
lamunku bertemu kau lagi
disuatu sore yang lain
dan seketika sadar pula,
bahwa aku
masih mencintaimu
sampai saat ini
Jakarta, 1 Januari 2014
KAMAR
: kepada Rinduan
Langit-langit bisu saja,
padahal rinduku rasanya sudah menembus sampai
keluar menemui tuannya
kamar ini juga tetap saja persegi
tak ada ubahnya,
seperti rinduku yang tak ubahnya padamu
kasur dan alasnya, gordeng dan gantungannya,
setumpuk baju dalam lemarinya,
tembok-coak dan di antara tepian ada yang
sedikitsedikit kehilangan catnya
semua diam saja,
kusut juga dalam pikiranku, kusut juga
kurasai dalam hatiku,
tak ada yang berubah,
tak ada yang bergerak,
biar mereka hidup pun
mereka takkan peduli
karena hanya satu yang tak berhenti,
hanya jarum jam pada jamnya dan pada
dindingnya
ya begitu juga aku, dari kesemuanya
hanya hati ini yang terus pada langkahnya,
mencari dan kucari juga cara melepas rindu
Kamar Depan, 5 Januari 2014
NELANGSA
: kepada Rinduan
Gelap alap kurasa,
ternyana angin diamdiam berbisik:
"Di mana rinduan?"
Jarum arlojiku berjalan juga tanpa henti,
tapi kemana jawaban tiada bertemu
Awan tudung di atasku,
daundaun jatuh kuyu
dibawanya juga kabar:
"Tak ada lagi rinduan!"
Jarum Arlojiku juga tak peduli, tetap
berjalan
dan aku juga belum menemu
nelangsalah
nelangsalah
nelangsalah
sekemudian ada pekik hati,
sepenuhnya ringis,
sepenuhnya tangis,
tanpa kusadari lagi, arlojiku
tetap pada rutenya,
tetap pada detaknya, berjalan
hingga ada yang dilahirkan alam:
pagi pun membawa kenelangsaanku....
Jakarta, 5 Januari 2014
http://sekar-vita.blogspot.com/2018/09/waktu.html#gpluscomments
BalasHapus